Para mahasiswa Purwodadi dan Salatiga yang tergabung dalam IMADISA berfoto bersama dengan budayawan Grobogan Muhadi. Foto: Dok Candi Joglo Semar.

GROBOGAN (SUARABARU.ID) – Budayawan Grobogan Muhadi, membangkitkan membangkitkan kesadaran cinta budaya daerah, khususnya Kabupaten Grobogan di hadapan sekitar 150 mahasiswa di Aula Balai Desa Rapah, Kecamatan Banyubiru, Kabupaten Semarang, Sabtu 11 November 2023 lalu.

Kegiatan ini dilaksanakan Ikatan Mahasiswa Purwodadi dan Salatiga (IMADISA) yang menggelar malam keakraban. Muhadi, pengelola sekaligus pemilik Candi Joglo Semar Purwodadi menyatakan, generasi muda saat ini sedang mengalami kegelisahan terhadap budaya yang dimilikinya.

Muhadi, budaya Grobogan yang juga pengelola dan pemilik Candi Joglo Semar di Krangganharjo, Toroh, Grobogan. Foto: Dok Candi Joglo

“Mereka ingin mengenal bahkan bisa memperkenalkannya lewat potensi objek-objek yang memiliki daya tarik, seperti kota lainnya,” jelas Muhadi.

Dia menambahkan, kegelisahan tersebut menjadi tuntutan mereka dalam mencari dan menggali lebih dalam tentang daerah kelahirannya yakni Kabupaten Grobogan.

Muhadi sendiri mengatakan, dirinya sangat getol mengangkat potensi literasi daerah di Kabupaten Grobogan. Salah satunya dengan memberikan pemahaman kepada generasi muda tentang sejarah budaya Kabupaten Grobogan di masa lampau.

Antusias

Para mahasiswa yang mendapatkan ilmu baru dari Muhadi ini sangat antusias. Bahkan, beberapa dari mereka bertanya tentang sejarah budaya Grobogan. Salah satu pertanyaan unik terjadi dalam kegiatan tersebut.

“Apakah benar Grobogan merupakan pusat peradaban masa lalu dan menjadi tonggak pergerakan rakyat sejak zaman kerajaan hingga sekarang?” tanya seorang mahasiwa.

Muhadi menyambut baik pertanyaan ini. Menurut dia, Grobogan selain punya sejarah peradaban tinggi sejak zaman prba, para tokoh pergerakan juga lahir dan berkembang di Grobogan.

“Selain sebagai pusat pembelajaran olah rasa, para ksatria menajdi raja para sesepuh Grobogan. Para Ki Ageng Tarub dan seluruh silsilahnya juga menjadi penasihat kerajaan Mataram, hingga tokoh pergerakan nasional terlahir dari Grobogan, seperti kakek buyutnya Keraton Surakarta dan Yogyakarta,” jelas Muhadi.

Selain itu, ada beberapa tokh pergerakan seperti Nyi Ageng Serang, Ratu Kalinyamat, Arya Penangsang. “Kakek buyut Presiden RI Soekarno juga berasal dari Kabupaten Grobogan. Tepatnya di Wirosari. Kemudian kakek buyut dari Gus Dur dan beberapa menteri Orde Baru lahir dari Kabupaten Grobogan. Semuanya menjadi peran penting dalam masa pergerakan dan pembaharuan pemerintahan,” jelas Muhadi.

Kegelisahan Mahasiswa

Ketua panitia pelaksana, Hafizh Ghulam Alwi, yang merupakan mahasiswa UIN Salatiga menyatakan, kegiatan ini sebagai wujud kegelisahan para mahiswa yang ingin mencari dan menggali lebih dalam tentang daerah kelahirannya yakni di Grobogan.

“Cerita sejarah Grobogan adalah cerita yang paling tepat untuk diangkat dalam acara ini,” ujar Alwi, sapaan akrabnya.

Dia memilih Muhadi sebagai pemateri karena memiliki wawasan yang luas terkait sejarah, nilai dan keunikan daerah Kabupaten Grobogan.

“Luasnya wawasan beliau terkait sejarah, nilai-nilai, dan keunikan kedaerahan menjadikan materi yang disampaikan sangat inspiratif dan kami dari IMADISA menjadi pagam bagaimana sejarah dan keadaan Kabupaten Grobogan dari zaman dulu sampai sekarang,” ujar Alwi.

Alwi berharap, dengan kegiatan ini bisa sekaligus mengakrabkan para mahasiswa gabungan yang berasal dari Grobogan dan Salatiga.

“Semoga ini bisa menjadi inspirasi bagi seluruh anggota IMADISa untuk merndalami dan mengenal lebih lagi tentang kedaerahan mereka sendiri. Rencananya, kita juga akan melakukan kunjungan atau eksplorasi lebih lanjut,” papar Alwi.

Tya wiedya