Kapolsek Kota Kudus Iptu Subhan memaparkan ancaman ideologi transnasional terhadap ideologi Pancasila dan NKRI. foto: Ali Bustomi

KUDUS (SUARABARU.ID) – DPC Pecinta Tanah Air Indonesia (Petanesia) Kabupaten Kudus siap untuk menjadi pengikat tali silaturahmi dalam menghadapi tahun politik Pemilu 2024. Ormas bentukan Habib Lutfi bin Yahya tersebut akan senantiasa menjadi penyejuk bagi suasana politik yang mulai memanas.

Hal tersebut sebagaimana ditegaskan Ketua DPC Petanesia Kabupaten Kudus, KH Alamul Yaqin saat memberi sambutan dalam seminar kebangsaan memperingati Hari Pahlawan dengan tema ‘Ideologi Transnasional versus Pancasila dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara’ yang digelar di Aula Yayasan Masjid Menara dan Makam Sunan Kudus, Minggu (12/11) malam.

Hadir dalam kesempatan tersebut sejumlah tokoh dari berbagai kalangan mulai dari tokoh agama, politik, seni dan budaya hingga para pegiat ekonomi yang selama ini tergabung dalam Petanesia.

“DPC Petanesia akan selalu menjadi jangkar atau tali silaturahmi bagi toleransi di Kabupaten Kudus sebagaimana diwariskan pendahulu-pendahulu,”ujar Ketua DPC Petanesia Kudus, KH Alamul Yaqin dalam sambutannya.

Alamul menambahkan, seluruh pengurus dan anggota Petanesia selama ini sudah sangat dewasa dalam berpolitik. Sehingga, perbedaan pilihan tentu tidak akan merusak rajutan tenun kebangsaan yang sudah terjalin dengan baik.

Senada, Sekretaris Dewan Kebangsaan Petanesia H Mawahib mengatakan Petanesia dibentuk berawal dari keprihatinan Habib Luthfi bin Ali bin Yahya ini lantaran NKRI terus digoyang dengan kelompok gerakan radikalisme dan terorisme. Organisasi ini tentunya untuk menggelorakan semangat cinta Tanah Air agar NKRI tetap utuh.

Di tubuh DPC Petanesia Kudus, kata Mawahib, berisikan banyak elemen masyarakat baik dari FKUB, politisi, pelaku ekonomi maupun kelompok seni budaya.

Mawahib selaku penggagas serta inisiator pelaksanaan seminar kebangsaan ini menambahkan, pemahaman tentang ideologi transnasional dalam ancamannya terhadap ideologi Pancasila harus tetap disosialisasikan kepada masyarakat untuk mereduksi ancaman ajaran-ajaran baru tehadap kebhinekaan bangsa dan negara.

Sementara, dalam pelaksanaan seminar, salah satu narasumber Iptu Subhan, Kapolsek Kota Kudus yang pernah tergabung dalam Densus 88 menyebut, ideologi transnasional merupakan ideologi yang dipaksakan ke semua negara dengan menghilangkan ideologi tiap-tiap negara. Ideologi transnasional bisa menjadi ancaman bagi ideologi Pancasila.

“Seperti ideologi yang dianut oleh ISIS, Jamaah Islamiyah, Darul Islam, hingga komunisme, memiliki keinginan untuk menghapus ideologi lain dan memaksakan ideologi yang dianutnya,”kata Subhan yang juga telah menerbitkan buku berjudul ‘Mencepit’, sebuah catatan khusus tentang pengalamannya dalam ikut serta dalam penanggulangan radikalisme.

Berdasarkan pengalamannya dalam berdekatan dengan kelompok radikalisme, penganut ideologi transnasional meyakini bahwa ideologi lain yang bukan dianut oleh kelompoknya adalah salah. Atas keyakinan mereka tersebut, mereka berusaha merubah sistem pemerintahan dengan masuk ke kekuasaan.

Oleh karena itu, Subhan mewanti-wanti agar dalam Pemilu nanti masyarakat bisa berpartisipasi dengan memilih pemimpin yang benar-benar memiliki rasa nasionalisme yang tinggi dan memiliki tekat mempertahankan NKRI.

“Kalau kita tidak aktif, maka bisa jadi kelompok-kelompok penganut ideologi transnasional tersebut bisa masuk dalam kekuasaan untuk mengubah ideologi Pancasila yang sudah disepakati para pendiri bangsa ini,”tandasnya.

Ali Bustomi