Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia (ISKI)  menggelar acara konferensi komunikasi internasional bertema 'Artificial Intelligence and The Future of Communication' di Hotel Aruss, Selasa. Foto: Hp

SEMARANG (SUARABARU.ID) – Maraknya tren penggunaan artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan belakangan ini semakin mendorong pertumbuhan dunia digital di dunia.

Walau begitu, penggunaannya juga harus hati-hati karena bisa memunculkan miskomunikasi atau dampak lain yang negatif, contohnya memanipulasi narasi atau menggiring opini yang ada di masyarakat.

“Seperti beberapa waktu lalu video pidato pak Presiden Jokowi dimanipulasi menggunakan bahasa Mandarin. Itu (manipulasi) bukan tingkat dasar, tapi sudah (tingkat) middle, dibuat dengan teknologi DeepFake AI,” kata Ketua umum ISKI, Dadang Rahmat Hidayat.

Hal tersebut diungkapkannya saat acara konferensi komunikasi internasional bertema ‘Artificial Intelligence and The Future of Communication’ yang diadakan Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia (ISKI) di Hotel Aruss, Selasa (7/11/2023).

Lebih jauh Dadang mengungkapkan, masyarakat diminta untuk lebih bijak dan mewaspadai AI karena penyalahgunaan teknologi ini untuk kepentingan tertentu memang sangat rawan.

“Seperti sebentar lagi Pemilu, ini kan rawan. Atau seperti di kepentingan ekonomi ketika terjadi persaingan usaha. Maka sekarang ini kita butuh literasi dan kesadaran bersama untuk memahami perkembangan AI ini,” katanya.

Senada, dalam kesempatan yang sama, Direktur Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo), Usman Kasong, mengatakan, saat ini pemerintah sedang menyiapkan etika penggunaan AI agar tidak terjadi penyalahgunaan.

Menurutnya, adanya aturan dan etika ini sangat diperlukan mengingat penggunaan teknologi kecerdasan buatan ini tidak bisa dihentikan dan perlu dipantau agar tidak tidak disalahgunakan untuk hal-hal yang buruk.

“Teknologi AI ini seperti berwajah ganda, bisa membantu manusia menyelesaikan bermacam persoalan, namun juga bisa memunculkan persoalan baru. Contohnya dengan AI ini bisa menciptakan demokrasi digital, tapi bisa juga menyebarkan misinformasi, malinformasi, disinformasi atau hoaks,” katanya.

Usman berharap, adanya gelaran acara konferensi para pakar komunikasi ini bisa menghasilkan sesuatu yang nantinya bisa dibawa ke pemerintah untuk dijadikan landasan aturan dan etika dalam penggunaan AI.

Sementara itu, Ketua ISKI Jateng, Lintang Ratri Rahmiaji, mengatakan, dalam acara konferensi tersebut setidaknya 170 makalah paper dengan 11 tema yang dipresentasikan baik secara daring maupun luring.

“Pesertanya ada 257 yang berasal dari seluruh Indonesia, selama dua hari iHer

Hery Priyono