Makam yang terletak di Balong, Kecamatan Kembang, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah.

JEPARA (SUARABARU.ID)– Salah satu tokoh sufi tanah Jawa ini merupakan sosok yang sangat dihormati oleh semua kalangan. Terutama oleh para murid-muridnya yang berasal dari para bangsawan dan raja Jawa pada saat itu. Bahkan sampai dengan hari ini, ajaran sufistik dari sosok yang terkenal dengan sebutan Syaikh Siti Jenar ini masih diamalkan oleh para pengikut Tarekat Akmaliyah.

Pintu makam.

Beberapa bangsawan Jawa yang diketahui pernah berguru kepada Syekh Siti Jenar, serta mengamalkan tarekat Akmaliyah di antaranya adalah Ki Ageng Pengging, Ki Ageng Tingkir, hingga Sultan Hadiwijaya.

Dikutip dari Langgar.co, Akmaliyah adalah salah satu tarekat lokal yang pernah ada dan bertahan sampai hari ini. Dikatakan lokal karena silsilah atau matarantai sanadnya sangat pendek, yakni dari Syeikh Siti Jenar langsung melompat ke Sayyidina Abu Bakar Shiddiq kemudian kepada Rasulullah SAW. Para mursyid Akmaliyah awal, terutama Syeikh Siti Jenar, Sunan Kali Jaga, dan belakangan Sultan Agung Hanyokrokusuma membimbing para murid Akmaliyah sampai tahap mendapatkan kematangan spiritual. Bahasa vulgarnya, mereka dibimbing sampai mendapatkan kewalian.

Setelah abad-16 Masehi, para pengamal tarekat Akmaliyah ini tersebar di dua jalur, yakni di kraton-kraton kesultanan Islam Jawa atau di kalangan internal kraton, dari para sultan, pangeran, sampai kepada pegawai terendah kesultanan.

Mata rantai sanad mereka dari Syeikh Siti Jenar ke Sunan Kalijaga ke Mas Karebet ke Panembahan Senopati ke Sultan Agung ke puteranya Pangeran Amangkurat Agung dan seterusnya. Sebagian pendapat mengatakan dari Sultan Agung ke puteranya Pangeran Toposono (makamnya di Semarang dan ada juga di pesareyan para sultan di Kotagede).

Makam Syekh Siti Jenar di Jepara

Menurut KH. Ng, Agus Sunyoto, Syaikh Siti Jenar memiliki nama asli San Ali (Bangsawan Malaka) dan setelah dewasa mendapat gelar Syaikh Abdul Jalil. Dan pada saat berdakwah keliling nusa jawa dari pesisir utara jawa hingga pedalaman inilah beliau mendapat beberapa julukan Syaikh Siti Jenar, Syaikh Lemah Abang, Syaikh Lemah Brit, Syaikh Jabarantas dan lainnya.

Suasana makam yang cukup asri.

Perjalanan Syekh Siti Jenar dalam menyebarkan agama Islam di tanah Jawa memang lebih banyak diselimuti kontroversi. Karena ajaran Wahdatul wujud atau Manunggaling Kawula lan Gusti (konsep menyatunya makhluk dengan Tuhannya) dianggap tabu oleh kalangan Ulama pada saat itu. Sehingga, konon karena mengajarkan ajaran yang menyimpang Syekh Siti Jenar dihukum mati.

Syekh Siti Jenar wafat pada tahun 1517 Masehi. Lima abad setelah kematiannya, nama Syekh Siti Jenar seolah abadi di kalangan para pengamal ajarannya. Bahkan beberapa makam yang tersebar di beberapa tempat di tanah Jawa diyakini adalah makam wali kesepuluh tersebut.

Berikut makam-makam yang diyakini adalah makam Syeikh Siti Jenar dihimpun dari beberapa sumber:

  1. Makam yang terletak di komplek pemakaman Kemlaten, Kelurahan Harjamukti, Kota Cirebon.
  2. Makam yang terletakdi bukit Amparan Jati yang tak jauh dari makam Syekh Datuk Kahfi, Desa Astana Kecamatan Gunungjati, Kabupaten Cirebon.
  3. Makam yang terletak Sidorejo, Balong, Kecamatan Kembang, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah.
  4. Namun ada versi lain yang meyakini bahwa makam Syekh Siti Jenar yang memiliki nama asli Raden Abdul Jalil berada di kompleks Makam Kalinyamat di sekitar Masjid Mantingan, Jepara.
  5. Makam yang terletak di di Desa Gedongombo, Kecamatan Semading, Tuban.

Namun Menurut versi cerita tutur penganut Tarekat Akmaliyah,  mereka menyebut bahwa makam Syekh Siti Jenar dinyatakan hilang. Hal itu dikarenakan wasiat yang bersangkutan pernah berpesan kepada para pengikutnya agar makamnya kelak tidak diberi tanda agar tidak dijadikan lokasi ziarah.

ua