Mbah Yatimin memulai produksi minyak atsiri dari Serai Wangi menggunakan ketel uap dan bagan bakar kayu pohon Kayu Putih. Foto: Diaz Asminatul Abidin

KEUNGGULAN serai wangi dan kayu putih tahan dengan suhu panas termasuk kemarau panjang seperti sekarang. Misalnya tanaman serai wangi tidak mudah mati, walaupun daunnya lebih kering namun justru menghasilkan banyak minyak dengan hasil panen 3-4 ton per hektar.

Masa tanam serai wangi tujuh bulan awal, yang dalam setahunnya bisa tiga kali panen, yakni sejak penen pertama lalu diikuti 2-3 bulan setelahnya.

Bibit serai wangi yang ditanam merupakan bibit unggul seperti Aster, Lenabatu, G1, G2, penanamannya dibedakan tempat atau pengelompokannya.

Sementara itu minyak kayu putih di tanam berselingan di antara serai wangi dengan jarak rata-rata 2 meter. Daun pohon kayu putih bisa dipanen terdekat dari masa yakni tiga tahun karena merupakan tanaman jangka panjang.

“Setelah usia tiga tahun yakni panen pertama dirempeli daun, lalu batang utama dipangkas ketika usia empat tahun supaya tumbuh tunas daun lebih banyak. Daun Kayu Putih dipanen satu tahun sekali,” ujar Mbah Yatimin.

Tak Perlu Banyak Pupuk

Secara perawatan baik serai wangi dan kayu putih sama saja tidak terlalu banyak pupuk, saat penanaman dibuatkan lubang lalu kasih pupuk dan ditanam, tidak terlalu sering dipupuk lagi.

“Pokoknya di manapun lahan kritis bisa ditanami. Rata-rata satu hektar 500 pohon Kayu Putih, serta diselingi Serai Wangi di bawahnya,” ucap dia.

Proses penyulingan Serai Wangi di musim kemarau membuat produk minyak atsiri lebih berkualitas karena kadar air sedikit. Foto: Diaz Asminatul Abidin

Dari Hulu sampai Hilir

Niat baik dan harapan dilakukan Mbah Yatimin sejalan dengan dukungan sang putra Sunaryanta (42) yang juga punya ilmu di bidang pertanian kehutanan.

Sunaryanta menerangkan bila sang ayah menguasai ilmu tentang tanaman Atsiri yang bisa dibudidaya di lahan-lahan kritis kawasan Karst Geopark Gunungsewu itu dari hulu sampai hilir.

Sang ayah sebutnya menguasai ilmu pembibitan dengan benih unggul, hingga proses penyulingan menjadi Minyak Atsiri.

Dengan ilmu yang dimiliki sang ayah itu, maka dirinya tinggal melengkapi dengan pemberdayaan masyarakat, membuat produk turunan, hingga teknis penjualan yang lebih modern.

“Ilmu itu diterapkan ke masyarakat,  dan ternyata tanaman Serai Wangi cukuk menonjol dan diminati.  Ada 4 jenis Serai Wangi sebagai bibit unggul yakni Lenabatu, Aster, Mahapengiri, G1 dan G2 yang merupakan pengembangan dar Mahapengiri,” kata dia.

Lebih jauh sejak berdiri pada 2019 hingga 2022, jumlah petani yang sudah tergabung dalam kelompok pemberdayaan mencapai 362 di mana aktif 340-an dari berbagai kelompok  mulai Bantul sebelah Timur hingga Gunungkidul Barat.

Saat ini cukup banyak tamu yang datang berkunjung untuk edukasi, pemberdayaan, pengembangan, hingga kedatangan buyer, bahkan untuk mempersiapkan produk ekspor.

“Suport dari banyak lembaga, instansi, relawan, kampus.Misal dari YDBA Astra terus mendampingi satu tahun terakhir memotivasi beri ilmu agar kelanjutan pemberdayaan masyarakat untuk pertanian tanaman Atsiri berkembang,” kata Sunaryanta.

Pemberdayaan masyarakat ini juga dilirik oleh salah satu perusahaan tambang di Kalimantan Utara untuk reklamasi lahan bekas tambang.

Rencananya bila terlaksana akan melakukan penanaman tanaman Atsiri untuk percontohan  di bekas lahan tambang 100 hektar.

“Bibit tak terkendala akan butuh setidaknya 680 ribu bibit Serai Wangi, dan Kayu Putih sebanyak 120 ribu,” katanya.

Pihaknya juga saat ini sedang membuat rintisan wisata edukasi di atas Bukit Kalongan seluas 10 hektar yang sudah ditanami, di mana letaknya masih di desa tersebut.

Sejauh ini juga bila minyak Atsiri dari tanaman Serai Wangi terus dipersiapkan untuk pasar ekspor ke Eropa.

Produk Turunan dan Peran YDBA

Ditambahkan Ketua Pengurus Yayasan Dharma Bhakti Astra (YDBA) Sigit P Kemala menjelaskan pihaknya mendorong mendorong UMKM Shafaluna untuk melakukan inovasi.

“Seperti diversifikasi produk berupa produk turunan seperti balsem, obat nyamuk maupun sabun. Kami berharap dengan inovasi tersebut para UMKM dapat terus tumbuh di tengah banyaknya tantangan yang hadir, terutama terkait pasar,” kata dia.

Sebelumnya pada pada 21 Desember 2022, YDBA mengajak kolaborasi bersama berbagai stakeholder untuk mendukung UMKM Shafaluna, salah satunya yaitu CV DAB Subur yang bergerak di bidang agro bisnis fokusnya  penanaman Serai Wangi dari hulu sampai ke hilir.

Di mana kerja sama pengembangan ini untuk UMKM Pertanian Serai Wangi di wilayah Bantul, Yogyakarta dan Lebak, Banten yang potensial.

YDBA berperan sebagai pembina yang memberikan pelatihan manajemen kepada para petani.

Sementara  CV DAB Subur berperan sebagai Ayah Angkat bagi petani dengan memberikan pelatihan teknis dan memberikan kesempatan kepada petani untuk memasok hasil produksinya berupa serai wangi dan minyak atsiri yang telah memiliki standar quality, cost dan delivery (QCD) kepada CV DAB Subur.

Sekilas tentang YDBA Yayasan Tertua Astra

Melansir laman YDBA, yayasan ini merupakan salah satu pelaksana Corporate Social Responsibility (CSR) PT Astra International Tbk yang didirikan oleh founder Astra, William Soeryadjaya pada 2 Mei 1980.