blank
Mbah Yatimin (63) bersama anak dan cucunya memanen Serai Wangi di taman edukasi Minyak Atsiri UMKM Shafaluna seluas 10 hektar yang didirikannnya, di Desa Kebosungu, Dlingo, Bantul, DI Yogyakarta, (27/9/2023). Foto: Diaz Azminatul Abidin

“Bagi Mbah Yatimin (63), ilmu di dunia minyak atsiri yang didapat sepanjang hidup akan sia-sia ketika tidak diwariskan. Berawal dari profesi penjaga hutan produksi, Mbah Yatimin memuliakan pegunungan karst berbatu dengan menanam tumbuhan atsiri serai wangi dan kayu putih. Kini dia mampu memberdayakan warga di lima desa dan empat kecamatan di Daerah Istimewa Yogyakarta”

 BEBERAPA GIGI depan gigi Mbah Yatimin (63) tanggal atas maupun bawah, tapi tidak dengan tekadnya mewariskan ilmu seni menyuling minyak atsiri secara tradisional dari Geopark Gunung Sewu, Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta.

Rambutnya menipis, dan kulit yang hitam terbakar matahari itulah wujud ketekunan Mbah Yatimin berhubungan dengan alam sepanjang hidupnya.

Sejak masih kecil, bujangan hingga hari ini Mbah Yatimin sangat akrab dengan hutan dan tanaman Atsiri di kawasan Karst Geopark Gunung Sewu, Bantul, DI Yogyakarta khususnya. Geopark Gunung Sewu membentang dari DI Yogyakarta – Wonogiri Jawa Tengah, hingga Pacitan Jawa Timur.

Keakraban Mbah Yatimin sebagai manusia dan alam terjadi saat dia masih menjadi petugas penjaga hutan di Perum Perhutani.

Kini sosoknya mengabdikan diri mempersembahkan ilmunya untuk pemberdayaan masyarakat di lima desa dan empat kecamatan untuk bertani tanaman atsiri seperti serai wangi dan kayu putih. Di antaranya di Desa Situmulyo (Piyungan), Semoyo (Pathuk), Terong, dan Kebosungu (Dlingo), dan Wukirsari (Imogiri).

Mbah Yatimin ramah menyambut saat penulis datang dari Semarang menyambanginnya di Desa Kebosungu, Kecamatan Dlingo, Kabupaten Bantul DI Yogyakarta, Rabu 27 September 2023. Wilayah ini berbatasan langsung dengan Kabupaten Gunungkidul.

Di sebuah rumah produksi minyak atsiri dari tanaman serai wangi dan kayu putih itu, proses penyulingan sedang berlangsung.

Di sudut ruang terbuka itu, Pak Suwaji sedang memasukkan potongan kayu ke tungku raksasa dengan lembut api yang menyala-nyala.

Di atasnya, ketel uap berisi sedang merebus daun serai wangi dalam sebuah proses penyulingan tradisional minyak atsiri sedang berlangsung.

“Satu kuintal serai wangi itu bisa jadi sekitar 1 liter minyak atsiri,” kata Mbah Yatimin yang disisipi dengan kata dan aksen Bahasa Jawa.

blank
Tanaman minyak kayu putih yang dibudidayakan Mbah Yatimin cocok ditanam di bukit berbatu kawasan karst Geopark Gunungsewu sebagai pengganti palawija dan tanaman tahunan. Foto: Diaz Azminatul Abidin

Ya, Mbah Yatimin merupakan sosok yang paham betul bagaimana memuliakan tanah karst Geopark Gunung Sewu di tempat lahirnya itu.

Karakter wilayahnya banyak juga lahan kritis yang sulit ditanami tumbuhan selain jenis kayu-kayuan.