Mbah Yatimin ayah satu anak dan beberapa cucu itu, lama bergelut di bidang kehutanan sebab dia pernah menjadi pekerja di kawasan Perum Perhutani.

Dia pernah menjaga hutan kayu Jati sendirian untuk ratusan hektar, mandor, hingga bagian menyuling minyak atsiri.

“Mulanya saya dari Kehutanan dan paripurna (2020), berbekal ilmu itu saya mendirikan ini penyulingan minyak atsiri serai wangi dan kayu putih. Saya sudah banyak pembibitan dan menanam serai wangi serta kayu putih,” ujar jelasnya.

Mbah Yatimin merintis usaha kecil mikro dan menengah (UMKM) pada 2017 menjelang masa pensiun dirinya, dan diresmikan Bupati Bantul pada 2018.

UMKM minyak Atsiri dinamai Shafaluna, di mana diambil dari nama cucu perempuannya.

Sejauh ini dari 5 kelompok ada 3 tempat yang sudah memiliki alat penyulingan sendiri yakni 2 di Desa Kebonsungu 2 dan 1 di Imogiri.

Mengapa Tanaman Atsiri?

Mbah Yatimin bercerita bila hari ini tanaman atsiri seperti serai wangi dan kayu putih yang paling cocok ditanam, karena lebih cepat menghasilkan nilai ekonomi untuk masyarakat.

“Dahulu banyak warga sini menanam tanaman palawija seperti jagung, kedelai namun banyak kera berkeliaran sehingga tidak bisa panen. Akhirnya dibiarkan, karena itu tanah kosong maka ditanami serai wangi dan kayu putih. Sepertinya lumayan dibandingkan palawija,” katanya lanjut.

Produk Minyak Atsiri UMKM Shafaluna dari bahan Serai Wangi dan Kayu Putih dikemas dalam botol berbagai ukuran untuk dipasarkan. Foto: Diaz Azminatul Abidin

Apa yang dilakukan Mbah Yatimin cukup berhasil di mana kini sudah ada lima kelompok dari 5 desa di 4 kecamatan yang diberdayakannya berbekal keilmuannya yang didapat selama puluhan tahun.

Sejauh ini dari lima kelompok ada tiga tempat yang sudah memiliki alat penyulingan sendiri yakni dua di Desa Kebonsungu 2 dan 1 di Imogiri.

Dirinya sudah menanam sekitar 7-8 hektar tanaman Atsiri Serai Wangi, kemudian ada lima desa yang sudah ikut rata-rata sama sekitar 7 hektar lahan yang ditanami setiap desa.

“Saya yang mendampingi mengajari karena hanya itu yang bisa saya berikan. Kalau sudah masa panen saya beli daun Serai Wangi Rp 500 per kg, untuk Kayu Putih Rp 1.000. Saya beli lalu saya suling jadi minyak Atsiri dan dijual kalau ada pesanan, sisa lainnya untuk anggota,” katanya.

Untuk nilai jualnya tiap 1 liter kayu putih Rp 400 ribu, semengara serai wangi Rp 325 ribu. Ada juga kemasan botol kecil kecil–kecil mulai dari Rp 10 ribu. (Bersambung)

Diaz Azminatul Abidin