JEPARA (SUARABARU.ID) – Purna acara launching buku kumpulan puisi penyair “Membaca Jepara #9” apakah lantas berhenti berkarya atau menunggu dibukanya kembali pintu gerbang pengiriman naskah untuk jilid berikutnya? Maka izinkanlah dan tolong kabulkanlah untuk saya mengatakan “TIDAK”.
Saya meyakinkan sendiri saja ya, bahwa ada semacam kegelisahan yang berderit dalam benak untuk menulis puisi berikutnya meskipun ide itu masih gelap, samar, atau muntab-muntub.
Menuliskannya walau hanya selarik kata kemudian menyimpannya dan sesekali dibaca ulang atau bahkan menemukan bahan lain yang menjadi pemantik. Adalah sebuah cara mengurai kemacetan gagasan tentang lingkup sekitar khususnya dan Jepara pada umumnya.
Nah, sesiapa yang sudah memiliki naskah puisi tentang Jepara, penjaga gawang penerimaan naskah sudah sangat siap menyambutnya. Jadi, jikalau mau mengirimkannya lebih dulu tanpa perlu menunggu kapan dibuka gerbang pengiriman naskah dipersilakan.
Ada bocoran tema dari Didid Endro S selaku pemrakarsa Membaca Jepara bersama Sanggar Gaperto adalah “Jepara Baru”. Ini jadi semacam call untuk memilitansi imajinasi, mengembangkan gagasan, dan menenun riset-riset yang dianggap sebagai pelantang suara dalam bentuk puisi.
Maka di Membaca Jepara yang tidak ada senioritas tapi bisa saling menyulutkan untuk menyalakan khazanah perpuisian mengajak bergabung siapa saja yang memiliki passion menulis puisi.
Ya, pada prinsipnya Membaca Jepara bukanlah panggung melainkan sebuah wadah menampung karya dan tempat belajar bersama. Tema yang ditawarkan mau tidak mau memaksa penulis bergairah menelusuri apa yang baru dan patut dipuisikan.
Belajar dari jilid yang baru saja diluncurkan, progresifitas penulis ada eskalasi yang patut diacungi jempol dalam menulis puisinya meski masih ada kenakalan sama dalam kaidah menulis yang baku.
Kemacetan ide ketika disodorkan tema “Lingkungan Hidup” menjadi tantangan agar diladeni. Sejauh mana langkah pikiran penulis bereaksi dari yang tulisan bebas ke tulisan tematik. Ternyata para penulis tetap melaju melewati blokade stagnansi dengan pelbagai materi dan gayanya masing-masing.
Kehadiran beberapa penulis baru dan kembalinya penulis lama yang insaf membarai semangat para kurator yang merangkap editor dan penyunting justru sama juga mengasah kejelian dan kepekaan dalam mengarungi pesan moral yang penulis sampaikan.
Gelitik asyik ini sengaja dilakukan oleh seorang Didid Endro S agar tidak terjadi one man show sekaligus kuliah langsung universalitas karya sastra puisi. Huh, kecamuk seru dan terkadang saru tak menyurutkan frekuensi paseduluran antar penulis. Silaturahmi jadi tambah puitis dan ada sababiah pembelajaran bersama sehingga kekariban makin ciamik.
Selanjutnya adalah memberi semangat membangun keghaliban menulis tanpa rasa takut jelek, tidak diterima, diledek, dikuliti, dan lain sebagainya ketakutan yang mencemaskan. Jepara punya apa, Jepara ada apa tulis saja meski itu hanya lingkup sekitar penulis. Biarkan puisi menemukan nasibnya sendiri dan semoga sisi kemanfaatannya berasa bagi pembaca.
Salam ASeReHe (Akal Sehat Respek Hepi)
Jepara, 1 November 2023