Oleh: Amir Machmud NS
// sejauh itu melanglang jagat/ seminim itu yang dia dapat?/ segempita itu disambut hangat/ sesedikit itukah menit yang mengikat?//
(Sajak “Jalan Arhan”, 2023)
DIA memang tak segegap-gempita Egy Maulana Vikri atau Witan Sulaiman yang punya positioning lebih mediatika sebagai wonderkid Indonesia ketika bertualang ke liga-liga Eropa, namun sungguh sulit dimengerti, mengapa Pratama Alif Arhan hanya mendapat kesempatan seminim itu selama hampir dua musim berkostum Tokyo Verdy FC?
Hanya tiga kali bermain, itu pun berangkat dari bangku cadangan ketika menit pertandingan hampir habis.
Artinya, apakah bek eks PSIS Semarang itu hanya didatangkan untuk mengikuti latihan fisik, simulasi teknis, menekuri taktik, dan mengamati cara hidup para pemain profesional di Liga 2 Jepang?
Apakah pelatih Verdy Hiroshi Jofuku tidak menemukan kemajuan apa pun dari latihan-latihan Arhan, memberinya kesempatan untuk unjuk kelebihan, lalu mendapati dari talenta Indonesia itu ada yang berguna untuk dimaksimalkan sebagai elemen pembeda bagi klubnya?
Lalu apa? Langkah apa yang mem-follow up-i pengumuman klub ketika merekrut Arhan, memperpanjang kontrak, dan memberi berkah pasar berupa popularitas yang pasti juga berguna bagi branding klub?
Realitas eksistensi di satu segi itu, berbeda dari kualitas yang selalu Arhan tunjukkan ketika memperkuat tim nasional Garuda.
Kualitas Terjaga
Tidak ada tanda-tanda penurunan kualitas anak Blora itu. Pratama Arhan tetap bek agresif, konfiden, dan dengan progresivitas tinggi ikut aktif membangun serangan. Gol-golnya juga hadir dari proses teknik dan produk kecerdasan. Lemparan ke dalam yang langka, dan terbukti sering menciptakan kemelut bagi pertahanan lawan pun tetap menjadi andalan timnas.
Jelas, kemahiran-kemahiran itu terjaga atau meningkat bukan lantaran produk intensitas bermain di Liga 2 Jepang. Kalau tetap kita hubungkan, konsistensi itu justru didapat dari transformasi kedisiplinan Arhan dalam mengikuti latihan-latihan Tokyo Verdy. Fisiknya terjaga, teknisnya terawat dari program latihan fisik, dan cara hidup — disiplin manajemen waktu, mengatur diri, dan asupan makanan — yang pasti punya pengaruh dalam performanya. Yang tidak dia peroleh adalah menit bermain untuk membuktikan hasil-hasil latihan.
Yakinilah, andai dia mendapat jam terbang dari laga ke laga secara berkecukupan, penampilan Arhan tentu bakal lebih dari yang dia tunjukkan saat ini bukan?
Tidak Adil
Realitas memprihatinkan itu seiring dengan kritik pengamat sepak bola asal Australia, Ben Griffis, yang menyebut Tokyo Verdy memperlakukan Pratama Arhan secara tidak adil. Arhan hanya dijadikan alat marketing, bukan untuk memberi kesempatan berkembang.
Pendapat yang dikutip tvOnenews.com (3/9-2023) ini disampaikan ketika berkembang rumor bek pkerja keras itu akan pindah ke Suwon FC di Liga 1 Korea Selatan. “Bagaimana jika Arhan sekadar jadi alat pemasaran seumur hidupnya? Suwon FC selangkah lebih maju dari Verdy. Saya tahu dia punya potensi, tetapi pada dasarnya tidak bermain sepak bola di klub sejak pindah ke Verdy yang 100 persen merugikan perkembangan pemain muda,” ujar Griffis dalam Twitter pribadinya.
Pemain 21 tahun itu bahkan hanya sekali mencicipi bermain di J-League 2 sejak bergabung dengan Tokyo Verdy pada 1 Maret 2022. Dia hanya dua kali bermain dalam ajang Emperor’s Cup. Kondisi tersebut sangat buruk, karena dapat mempengaruhi perkembangan Arhan sebagai pemain. “Mengontrak pemain untuk tidak memberinya peluang nyata, tetapi hanya untuk keterlibatan/pemasaran adalah hal yang buruk,” tulis Griffis.
Sebenarnya, menurut dia, tidak masalah apabila seorang pemain didatangkan sebagai alat marketing klub. Namun, pemain itu harus mendapatkan kesempatan bermain untuk bisa berkembang. Griffis geram, karena hal tersebut tidak didapat Arhan selama di Tokyo Verdy.
Kesempatan Reguler
Pihak-pihak yang peduli pada perkembangan Pratama Arhan kini berharap, kabar keindahan ke Suwon FC, Januari 2024 nanti betul-betul terealisasi. Kabar itu disampaikan oleh media asal Korea Selatan, Sports Chosun.
Seorang pejabat yang mengetahui pasar transfer K-League membeberkan, “Suwon FC hampir merekrut pemain nasional Indonesia Pratama Arhan. Kesepakatan luas telah dicapai dengan Arhan, yang berstatus bebas transfer. Detail rencananya akan segera diumumkan”.
K-League sebelumnya telah mengontrak pemain Indonesia Asnawi Mangkualam Bahar. Setelah memperkuat Ansan Greeners, Asnawi kemudian pindah ke Jeongnam Dragon. Berbeda dari Arhan yang minim jam terbang, dia menjadi salah satu pemain kunci di klub-klub tersebut.
Bagi Arhan, apakah “pengalaman berlatih” dan “beradaptasi” di Liga Jepang bakal cukup memberinya kesempatan menjadi pemain reguler di Suwon FC?
Dari apa yang didapat di Toyo Verdy, sikap profesional yang melekat pada Arhan diperkirakan bakal membantunya berkembang apabila mendapat peluang bermain secara reguler di Liga Korea.
— Amir Machmud NS, wartawan suarabaru.id dan Ketua PWI Provini Jawa Tengah —