Namun bagi Gibran dan Bobby, sebenarnya mereka terpilih menjadi Wali Kota langsung oleh rakyat, yang saat pemilihan kemungkinan bisa tidak terpilih juga, meski harus diakui popularitasnya mungkin terbantu oleh orang tuanya.

Di sisi lain, Kaesang yang prosesnya terkesan sangat mendadak dan terlalu cepat, harus sangat dimaklumi bila ada sejumlah kalangan yang beropini negatif.

Namun, dari sisi objektif, sangatlah tidak bijaksana bila kita hanya menilai mereka secara subjektif asumtif, dengan mengabaikan apa yang sudah mereka lakukan dan setelahnya, atau yang akan mereka mampu lakukan di masa yang akan datang.

Bagi Gibran, prestasinya memimpin Solo sangat banyak diapresiasi. Demikian pula dengan beberapa hal positif yang telah dilakukan Bobby.

Bagi Kaesang, akan lebih baik kita menunggu realisasi janjinya untuk menjadikan partainya yang jauh lebih baik serta bermanfaat bagi masyarakat, sekaligus, cita- citanya membawa partainya masuk ke Senayan. Kita baru bisa memberikan apresiasi atau evaluasi tentu setelah dia bekerja dan kita lihat kinerjanya.

Kita tentu ingat prinsip komunikasi, work says louder than words (kerja bergaung lebih nyaring dibanding wacana).

Karena itu, sangatlah Arif serta bijaksana kita menunggu kinerja mereka yang mudah- mudahan sesuai harapan masyarakat. Dengan demikian ke depan diharapkan akan banyak kaum muda yang aktif di dunia politik, sehingga perpolitikan yang cerdas, santun serta bermanfaat akan benar- benar terwujud.

 

Drs. Gunawan Witjaksana, M.Si. Dosen Ilmu Komunikasi USM