Lukisan Batik
Ketua Panitia Pameran “Batas Titik” Yustinus Agus Daryanto berpose di depan lukisan batik karyanya berjudul ‘Garuda Wisnu” yang menggunakan teknik eco panting, berupa bubuk beras ketan dan pewarna alami. Foto; W. Cahyono

MAGELANG ( SUARABARU.ID)- Sebanyak  60 lukisan batik dari 20 perupa asal Kabupaten dan Kota Magelang dipamerkan  dalam pameran lukisan “Batas Titik.” Pameran 60 lukisan batik  tersebut berlangsung hingga 26 September mendatang di Gedung Loka Budaya “ Soekimin Adi Wiratmoko” Kota Magelang.

Satu dari 60 karya lukisan batik tersebut, yang tergolong unik yakni lukisan di atas kain mori putih berukuran 118x 200 sentimeter. Lukisan yang diberi judul “Garuda Wisnu,” karya Yustinus Agus Daryanto tersebut tidak menggunakan cat aklirik atau malam ( lilin,red) sebagai dasar gambarnya. Melainkan menggunakan gula pasir, garam dan bubuk beras ketan.

“Untuk menggambar lukisan ini, saya menggunakan teknik eco panting. Yakni, menggunakan bahan-bahan alami yang tersedia di dapur  untuk digunakan untuk melukis, berupa bubuk beras ketan, gula pasir dan garam,”kata Yustinus Agus Daryanto, pelukis asal Kota Magelang ini.

Yustinus Agus mengatakan,teknik eco panting yang dilakukan tersebut merupakan pengembangan  dari teknik lukis yang ada yakni teknik simbu. Tetapi, rumus yang ia temukan tersebut, sedikit berbeda dengan  teknik simbu yang telah ada.

Yustinus menambahkan, untuk melukis dengan menggunakan bahan campuran  bubuk beras ketan, gula pasir dan garam pengerjaannya juga hampir sama dengan proses membatik memakai malam ( lilin).

“Proses pengerjaan  lukisan memakai bubuk beras ketan ini hampir sama dengan menggunakan malam. Tetapi, dalam teknik ini, kain mori diberi pewarna alami dulu, baru ditimbali gambar yang menggunakan beras ketan,”ujarnya.

Adapun lukisan karyanya yang mengunakan bubuk beras ketan dan perwana alami tersebut  diberi judul “Garuda Wisnu”. Namun,  lukisan di atas kain mori putih berukuran 118 x200 sentimeter tersebut tidak hanya gambar Garuda Wisnu saja yang ada, tetapi ada tokoh wayang lainnya, seperti buta ( raksasa) dan lainnya.

Dengan menggunakan teknik menggambar yang berbeda tersebut, tidak ayal lagi, lukisan yang sedang dipajang pada Pameran “ Batas Titik” tersebut banyak para kolektor yang berminat untuk membelinya

Ketua Dewan Kesenian Kota Magelang, Muhammad Nafi mengatakan, pameran lukisan yang akan berlangsung  hingga 26 September mendatang tersebut bertujuan untuk melestarikan warisan budaya yang  sangat perlu dilestarikan.

“ Pameran ini juga sebagai salah satu upaya untuk  nguri-uri ( melestarikan ,red) batik yang merupakan warisan budaya, sehingga tekniknya perlu dilestarikan. Dan, ini merupakan kemampuan baru dalam melukis batik,” ujarnya.

Ia menambahkan, judul pameran  tersebut “Batas Titik” yang merupakan akronim  dari batik. Dan sebelum  mengikuti pameran, para perupa melalui proses yang panjang. Yakni,  Karena, sebelumnya  telah diadakan  workshop  belajar teknik membatik, praktik  dan langsung dipamerkan. W. Cahyono