Kades Ngembal Kulon Khanafi dan Wakil Ketua DPRD Kudus Sulistyo Utomo di sela-sela lomba perkutut. Foto:Ali Bustomi

KUDUS (SUARABARU.ID) – Lomba perkutut meramaikan rangkaian Saparan Makam Mbah Poncowati Desa Ngembal Kulon, Kecamatan Jati , Kudus. Lomba yang diselenggarakan di lapangan Poncowati, Minggu (17/9) ini memperebutkan piala bergilir Kepala Desa Ngembal Kulon, Kudus.

Panitia Acara, Erik KH.U mengatakan, Ada 8 kelas yang dipertandingkan, diantaranya VIP Bebas, Gacoran Lokal Alam A/B -Gacoran Campuran Bebas A, Gacoran 250 Poin A/B dan Gacoran 100 Poin A/B atau jumlah total 104 Gantangan (1 Juri 2 Burung).

“Peserta tahun kemarin se-Karesidenan Pati, tahun ini sejumlah Kabupaten/Kota di Jateng, diantaranya Kendal, Pekalongan, Pati Jepara, Purwodadi, Blora, Boyolali, untuk tiketnya 832, dan jumlah peserta 500an,” ujarnya.

Event kali ini memperebutkan Doorprize 1 Unit Sepeda Motor, Kambing Sangkar, Sembako, Elektronik. “Hadiah Kejuaraan, Juara VIP: 1. 1.000.000, Piala + Piagam, Juara 2. 700.000, Piala + Piagam, Juara 3. 500.000, Piala + Piagam, Juara 4. 200.000, Piala + Piagam dan Juara 5. 100.000, Piala + Piagam 6-10 Piala Piagam Juara Reguler: Juara 1. Rp700.000, Piala + Piagam, 2. Rp500.000, Piala + Piagam Juara 3. Rp300.000, Piala + Piagam, Juara 4-5 Bingkisan, Piala + Piagam 6-10: Piala Piagam,” bebernya.

Erik mengatakan, burung perkutut lokal jika sudah memiliki prestasi dan meraih banyak juara, akan memiliki harga jual yang cukup tinggi.

“Bisa sampai Rp. 20.000.000 hingga Rp. 50.000.000 tergantung kesepakatan antara penjual dan pembeli,” ujarnya.

Sementara itu, Kepala Desa Ngembal Kulon, Moh Khanafi mengatakan lomba perkutut lokal ini diadakan dalam rangkaian peringatan Saparan di Desa Ngembal Kulon,

“Kita mengapresiasi penyelenggaraan lomba ini karena bisa menyatukan peserta dari berbagai daerah, selain menyalurkan hobi juga menggerakan perekonomian masyarakat,” kata Khanafi.

Event lomba Perkutut kali kedua diadakan ini dinilai menjadi ajang silaturahmi dan paseduluran pemilik perkutut.

“Ini sangat kita apresiasi, karena peserta berasal dari berbagai daerah di tingkat regional, Jateng, dan semakin bertambah disbanding tahun lalu,” katanya.

Perkutut lokal, lanjut Khanafi, adalah salah satu dari bagian limo wasto atau cara pria meraih kesempurnaan.

“Jadi antara burung dengan pemiliknya ini harus ada kecocokan atau chemistry, agar perkutut yang dipelihara hasilnya maksimal,” katanya.

Ia mengaku burung ini merupakan bagian dari tradisi nenek moyang untuk melestarikan memelihara perkutut.

“Burung perkutut memang menarik, karena bagi yang percaya, ada unsur mistis yang mengikutinya, Karenanya harus ada keterkaitan dan keterikatan antara burung dan pemiliknya,” tambahnya.

Masih di tempat yang sama, Anggota DPRD Kudus Sulistyo Utomo menambahkan, Burung perkutut tak hanya sekedar burung peliharaan, burung ini memiliki nilai lebih,

Burung perkutut adalah salah satu simbol kelestarian budaya Jawa. “Kita semua memiliki tanggung jawab untuk meneruskan dan menjaganya agar tetap menjadi budaya Jawa,” jelas Ketua DPC Partai Gerindra Kabupaten Kudus itu.

Tak hanya penggemar yang bertujuan hobi, lanjut Sulis, event perlombaan untuk prestasi juga secara rutin diadakan.

“Dua tahun terakhir ini, penggemar perkutut bertambah banyak, Ada euforia dari masyarakat untuk memelihara perkutut, banyak komunitas-komunitas penggemar bermunculan,” imbuhnya.

Ali Bustomi