Saat mengikuti karnaval pawai budaya, sejumlah pelajar tampil mengenakan busana dari negeri dongeng, dengan membawa tongkat sakti milik Ibu Peri.(SB/Bambang Pur)

WONOGIRI (SUARABARU.ID) – Busana dari Negeri Dongeng dan joget Senam Koplo, ikut ditampilkan dalam arak-arakan karnaval pawai budaya di Kabupaten Wonogiri. Minggu (20/8), karnaval pawai budaya memeriahkan HUT Ke-78 Kemerdekaan RI Tahun 2023, digelar serentak di 25 kecamatan se Kabupaten Wonogiri.

Berlangsung meriah, meski tidak satu pun ada dinas instansi pemerintah yang mengikutinya. Di Kecamatan Wonogiri Kota, karnaval pawai budaya mengambil start dari Lapangan Sukorejo dan finish di Alun-alun Giri Krida Bakti depan Kantor Bupati Wonogiri, dengan panggung kehormatan di depan Pasar Wonogiri Kota.

Karnaval pawai budaya di Kecamatan Wonogiri Kota, diikuti sebanyak 43 kontingen. Mereka datang dari berbagai sekolah dan perguruan tinggi serta desa dan kelurahan yang ada di Kecamatan Wonogiri. Juga ikut serta, kontingen dari Toserba Baru dan Luwes, Gojek, perbankan dan BUMD. Berlangsung mulai pagi sampai sore hari.

Busana Negeri Dongeng ditampilkan dalam kreativitas memanfaatkan limbah, yakni memakai bahan bungkus bekas dan koran bekas. Busana ini dikenakan oleh peraga Ibu Peri dengan membawa tongkat sakti yang ujungnya ada bintang kuning emas. Mereka tidak sekadar berbaris, tapi juga berjoget ria dan tampil seperti model di fashion show.

Ada sekelompok ibu-ibu yang tampil membawakan senam koplo. Di sepanjang jalan, terlebih di depan panggung kehormatan, mereka menyajikan demo gerakan senam yang riang jenaka bagai tanpa beban, diiringi dengan alunan musik bernada ritmis dinamis.

Kotingen SMK Negeri 1 Wonogiri pimpinan Kepala Sekolah (Kasek) Gunarsi, disamping menampilkan Kompi Osis peraih juara defile, juga menyajikan gerak tarian prajurit Laskar Putri. Tampil bersenjatakan pedang dilengkapi tameng di tangan kirinya. Mereka menari dengan iringan instrumen gamelan Jawa.

Pengantin

SMA Negeri 3 Wonogiri pimpinan Kasek Sentot, tampil memperagakan perhelatan mantu, lengkap dengan menyajikan pasangan pengantin beserta peraga pendukungnya secara lengkap. Termasuk peraga pembawa kembar mayang, para among tamu, penerima sumbangan dan kado, serta menampilkan personel Linmas sebagai penjaga Tramtib (Ketenteraman Ketertiban).

Dalam mengikuti karnaval pawai budaya, ada kelompok ibu-ibu yang menampilkan senam koplo. Berjoget ria mengikuti irama nada musik iringannya.(SB/Bambang Pur)

Sepanjang jalan, disampaikan narasi dalam bahasa Jawa oleh pambyawara atau petugas MC. Iringannya, gending Gending Pahargyan Ketawang Laras Maya Pelog Barang dan Gending Ibu Pertiwi laras Pelog Enem.

Kemudian Kontingen SMA Negeri 2 Wonogiri pimpinan Kasek Sumanto, tampil spektakuler dengan membawa serta truk tronton beroda 18, untuk dijadikan panggung berjalan. Dilengkapi dengan sound system berkekuatan ‘Gleeeer’ berdaya ribuan watt dari sumber listrik generator yang dirangkai di bagian belakang.

Sepanjang jalan, menyajikan lagu-lagu yang tengah nge-hits untuk iringan joget bersama, layaknya pada karnaval yang lazim digelar di sejumlah negara manca. Di tempat yang banyak kerumunan anak, dibunyikan suara klakson Tolilet yang belakangan ini tengah digandrungi anak-anak. Tentu saja, ini disambut sorak sorai dan lambaian tangan dari anak-anak yang menjadi riang gembira dibuatnya.

Warga dari Lingkungan Nagsinan Sendangsari, Kelurahan Giriwono, menyertakan Rampak Kendang yang diusung mobil pikap. Desa Purwosari, membawa truk untuk menyajikan pakeliran wayang kulit Lakon Bimo Kurdo. Kelurahan Wonokarto, mengusung kelompok musik Laras Madyo.

Sejumlah desa dan kelurahan mengusung musik tradisional Ronda Tretek, yang dikolaborasikan dengan instrumen pendukung seperti gong dan angklung. Juga menampilkan kesenian Reog Ponorogo lengkap dengan Jatilan Kuda Kepang dan Tarian Bujang Ganong. Sejumlah kontingen juga menyertakan group drum band dan peragaan barisan pejuang.
Bambang Pur