blank
Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Teknologi Pertanian (BEM FTP) Universitas Semarang (USM) menggelar Agrichfest Technology Festival II dengan tema "Inovasi Pangan Berbasis Komoditas Lokal" pada 19 Agustus 2023 di Halaman Gelora Prof Sudarto USM.(Foto:News Pool USM)

SEMARANG (SUARABARU.ID) – Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Teknologi Pertanian (BEM FTP) Universitas Semarang (USM) menggelar Agrichfest Technology Festival II dengan tema “Inovasi Pangan Berbasis Komoditas Lokal” pada 19 Agustus 2023 di Halaman Gelora Prof Sudarto USM.

Agrichfest berisi talkshow dan lomba dengan tema “Inovasi Pangan berbasis Komoditas Lokal” pukul 08.00 hingga 11.00 WIB. Adapun lomba akan diadakan pukul 11.00 hingga 16.00 WIB.

Kegiatan diikuti 170 peserta talkshow offline, 130 peserta talkshow online se-Indonesia. Untuk 19 peserta lomba inovasi pangan dari perwakilan SMA/SMK/sederajat se-Jawa Tengah dan 5 peserta mahasiswa USM.

Kegiatan dibuka oleh Wakil Rektor III USM, Dr Muhammad Junaidi SHI MH.

Dalam sambutannya, Juanidi menyatakan kebanggannya terhadap BEM FTP.

“Kebanggaan tersendiri bagi BEM FTP yang tidak main-main dalam mendukung ketahanan pangan, khususnya pada wilayah Kota Semarang,” katanya.

Selain itu, kegiatan dihadiri pembicara Wakil Rektor I sekaligus Guru Besar FTP USM, Prof Dr Ir Sri Budi Wahjuningsih MP serta Kepala Dinas Pertahanan Pangan, Dr Bambang Pramusito SH SIP MSi.

Dalam materinya, Bambang mengatakan, ketahanan pangan adalah hal paling esensial. Menjadi pelayanan dasar dan wajib bagi pemerintah daerah.

“Kolaborasi dengan pemerintah kota Semarang, dapat membantu permasalahan daerah selain ketahanan pangan juga stunting. Sebab ketahanan pangan adalah hal paling esensial. Menjadi pelayanan dasar dan wajib bagi pemerintah daerah,” katanya.

Ia mengatakan, Kota Semarang memiliki keseriusan menghadapi kendala cukup besar pada ketersediaan bahan pangan.

“Semarang menghadapi kendala cukup besar. Lahan pertanian produktif tersisa 6%, sedangkan supply tinggal 11%. Jadi sisanya itu kita impor dari daerah lain. Untuk mendapatkan angka ideal di 40%-50% sangat berat. Yang kami lakukan adalah bekerja sama dengan daerah sekitar, seperti Demak, Grobogan untuk melakukan kerja sama supply pangan. Selain itu, kami juga melakukan Pak Rahman Pasar pangan rakyat murah dan aman, dengan terbentuknya pak Rahman kami menjual bahan pangan yang sangat murah,” ungkapnya.

Sementara itu, dalam materinya Prof Bidi menjelaskan mengenai adanya ketergantungan masyarakat terhadap komoditas beras.

“Adanya ketergantungan beras yang tinggi, namun supply beras masih mengandalkan impor. Untuk itu perlu adanya pemberdayaan potensi-potensi bahan pangan daerah lain. Misalnya dibawah beras kita punya jagung, kita bisa menjadikannya menjadi sumber pangan pokok,” katanya.

Dia mengatakan, untuk mengatasi adanya ketergantungan beras juga dapat dilakukan dengan pembiasaan pada generasi muda.

“Esensi untuk mengurangi ketergantungan beras namun bukan mie, karena gandum sendiri masih impor. Untuk itu dibutuhkan peran ibu menyediakan menu-menu dari bahan pangan lokal yang inovatif untuk anak-anaknya guna menumbuhkan food habbit,” tandasnya.

Muhaimin