Terbentuknya Desa Wisata Mangrovesari yang disingkat Dewi Mangrovesari menjadikan Nurjan, Mashadi, dan penggerak Kelompok Sadar Wisata setempat terus berupaya mengembangkan kawasan itu. Nurjan pun berpikir, bila pengunjung bertambah banyak, maka diperlukan tempat parkir. Desa pun kemudian membangun tempat parkir dengan menguruk tambak, dengan biaya yang tidak sedikit.

Tetapi itu adalah investasi. Kemudian membangun joglo yang biasa digunakan untuk pertemuan, rapat, maupun gathering bila ada wisatawan yang membutuhkan.

Wisata Ekologi

Wisata ekologi hutan mangrove memang menjadi konten utama bagi Desa Wisata Mangrovesari. Sementara pendukungnya ternyata cukup potensial. Hutan bakau dengan flora dan faunanya menjadi daya tarik. Sejarah hutan bakau ini menjadi daya tarik tersendiri, dari tambak rusak hingga berubah indah seperti itu.

Maka Yayasan Kehati –Keanekaragaman Hayati–yang didirikan mantan Menteri Kependudukan dan Lingkungan Hidup Prof Emil Salim pun memberikan perhatian besar, dengan memberikan bantuan baik finansial maupun pelatihan-pelatihan.

blank
Menyusuri hutan bakau, dengan berjalan di atas papan yang ditata menjadi jembatan panjang di Mangrovesari. Foto: Widiyartono R

Keberuntungan Desa Wisata Mangrovesari yang lain, karena sudah begitu terkenal, maka banyak kampus yang memberikan pelatihan di sana, bukan hanya kampus-kampus di Jawa Tengah, bahkan Jakarta dan sebagainya. Terlebih lagi Dinas Kepemudaan Olahraga dan Pariwisata Jateng dan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Brebes yang memang bertanggung jawab atas pengembangan pariwisata.

Kawasan ini bukan sekadar wisata leisure untuk bersenang-senang saja, tetapi juga untuk pendidikan. Sekaligus juga menjadi inspirasi bagi kawasan serupa yang mengalami kerusakan lingkungan. Ternyata perbaikan lingkungan memberikan dampak, fauna berkembang seperti kepiting, ikan, kemudian burung-burung juga banyak bersarang di sana.

Dalam sebuah acara pelatihan “Peningkatan Mutu Pelayanan Pelayanan Prima” bagi Pokdarwis Pantura Barat Jawa Tengah yang diselenggarakan di joglo Desa Wisata Mangrovesari, muncul pula informasi-informasi yang “mengejutkan”. Ternyata bukan hanya ikan dan kepiting saja yang dihasilkan dan digunakan untuk oleh-oleh pengunjung. Ada juga pembuatan garam dengan cara direbus, tentu ini unik.

Widiyartono R