Oleh: Wihdah Hidayatun Nuha, S.Pd
Kehidupan di abad ke-21 menuntut berbagai keterampilan yang harus dikuasai seseorang. Karena itu diharapkan pendidikan dapat mempersiapkan peserta didik untuk menguasai berbagai keterampilan tersebut agar menjadi pribadi yang sukses.
Dari keterampilan-keterampilan abad ke-21 tersebut, di antaranya yaitu keterampilan berpikir kritis, pemecahan masalah, kreasi, inovasi, metakognisi, dan beberapa keterampilan berpikir lainnya yang membutuhkan berpikir lebih mendalam daripada sekadar mengingat dan memahami.
Keterampilan berpikir tingkat tinggi yang terdiri atas menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta menjadi tuntutan yang harus dipenuhi oleh peserta didik. Kemampuan tersebut dikenal dengan kemampuan berpikir tingkat tinggi atau HOTS (Higher Order Thinking Skill).
Kemampuan berpikir tingkat tinggi (HOTS) dipandang sebagai aspek penting dalam proses pembelajaran. Kemampuan berpikir tingkat tinggi (HOTS) dapat meningkatkan kemampuan peserta didik untuk bersaing pada jenjang pendidikan lebih tinggi serta menyiapkan peserta didik untuk bersaing di masa depan. (Asphar, Hidayat, & Suryana, 2021)
Peserta didik perlu memiliki kemampuan dalam menyelesaikan masalah. Untuk itu, guru juga perlu mempersiapkan diri untuk dapat membelajarkan kemampuan tersebut. Banyak permasalahan sehari-hari yang dapat atau bahkan perlu diselesaikan menggunakan langkah-langkah yang baik dan benar.
Karena itu guru perlu menjembatani permasalahan kontekstual dengan peserta didik sehingga mereka memiliki kemampuan dalam mengaplikasikan konsep yang dipelajari untuk menyelesaikan permasalahan yang sedang atau dihadapinya kelak.
Penelitian Indri Kusdianti (2019) menemukan rata-rata persentase kemampuan peserta didik dalam mengerjakan soal berbasis HOTS tergolong sangat rendah yaitu sebesar 14%. Berdasarkan analisis dari hasil kajian literatur dan wawancara, penyebab peserta didik kesulitan dalam menyelesaikan soal HOTS salah satu diantaranya adalah guru belum mampu memberikan stimulus kepada peserta didik yang dapat memancing berpikir kritis.
Untuk mengatasi permasalahan pembelajaran tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan, strategi serta model pembelajaran yang tepat. Sehingga, pembelajaran yang inovatif dapat tercapai. Oleh karena itu, guru dapat mendesign pembelajaran inovatif untuk meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi dalam menyelesaikan soal-soal berbasis HOTS. Salah satu stimulus yang dapat diberikan oleh guru adalah dengan melakukan kegiatan praktikum.
Simulasi PhET
Kegiatan praktikum saat ini dapat dilaksanakan tidak hanya di dalam ruang laboratorium, namun dapat juga dilaksanakan secara virtual melalui gawai masing-masing peserta didik. Dengan bantuan laboratorium virtual “simulasi PhET” dapat membantu peserta didik memvisualisasikan konsep secara utuh dan jelas.
Simulasi PhET atau simulasi Physics Education Technology (PhET) adalah suatu simulasi interaktif di internet dengan memakai bahasa pemograman java dan flash yang dikembangkan oleh tim dari Universitas Colorado Amerika Serikat. PhET telah mengembangkan serangkaian simulasi interaktif yang sangat menguntungkan dalam pengintegrasian teknologi komputer ke dalam pembelajaran (Perkins dkk, 2006).
Dipilihnya simulasi PhET ini karena simulasi ini berbasis program java yang memiliki kelebihan yakni easy java simulation (ejs) yang dirancang khusus untuk memudahkan tugas para guru dalam membuat simulasi fisika dengan memanfaatkan komputer sesuai dengan bidangnya ( Sunni dkk, 2014). Disamping itu informasi yang disajikan mengenai proses atau konsep fisika yang cukup komplek, mudah digunakan tanpa bimbingan guru sehingga dapat melatih kemandirian peserta didik, tampilan simulasi yang menarik diharapkan motivasi belajar peserta didik dapat meningkat, serta dapat digunakan peserta didik baik di kelas maupun di rumah secara mandiri. (Finkelstein et al., 2006)
Pembelajaran menggunakan simulasi PhET akan lebih menarik dan terlihat nyata karena seperti mengamati langsung pada suatu masalah yang terjadi. Dan dapat menemukan serta mengklarifikasi konsep-konsep yang sedang dipelajari.
Perhitungan manual dapat kita ketahui benar salahnya dengan menggunakan simulasi PhET, karena pengukuran dalam PhET sangat akurat. Oleh karena itu, media pembelajaran sangat mempengaruhi hasil belajar peserta didik dan kemampuan berpikir tingkat tinggi (HOTS) dapat terasah dengan baik.
Peserta didik dapat lebih memahami konsep-konsep yang berhubungan antara fenomena dalam kehidupan nyata dengan ilmu yang mendasarinya. Selain itu, penggunaan simulasi PhET dalam kegiatan praktikum secara virtual juga dapat mengasah keterampilan proses sains peserta didik melalui kegiatan menduga, mengamati, mengukur, dan melakukan penyelidikan. Sikap ilmiah peserta didik seperti rasa ingin tahu, rasa percaya diri, objektif, jujur, dan terbuka juga dapat berkembang selama melakukan kegiatan praktikum secara virtual menggunakan simulasi PhET.
Kelebihan kegiatan praktikum secara virtual menggunakan simulasi PhET dibandingkan dengan kegiatan praktikum di laboratorium secara langsung diantaranya adalah dapat meminimalkan kesalahan seperti merusak alat, menyebabkan bahaya dan lain sebagainya. Kemudian, alat dan bahan yang dibutuhkan juga tersedian semua di dalam program simulasi PhET sehingga lebih efisien dan cepat jika dibandingkan praktikum di laboratorium secara nyata. Seperti halnya yang diterapkan di kelas VIII SMP Negeri 1 Mlonggo, Kabupaten Jepara.
Dengan dengan melakukan kegiatan praktikum secara virtual menggunakan simulasi PhET, peserta didik akan melakukan proses berpikir tingkat tinggi sehingga dapat membantu peserta didik dalam menyelesaikan soal-soal berbasis HOTS.
Hal ini terbukti dari hasil assesmen yang dilakukan setelah pembelajaran menggunakan simulasi PhET, terjadi peningkatan capaian pembelajaran dengan persentasi ketuntasan pengerjaan soal yang dilakukan mencapai 92%, artinya hanya ada 2 peserta didik dari 32 peserta didik yang tidak tuntas. Selain itu, peserta didik menjadi lebih aktif dan bisa berfikir kritis selama kegiatan diskusi dan menjadi lebih tanggung jawab untuk menyelesaikan tugasnya.
Penulis adalah Guru IPA SMP N 1 Mlonggo