GROBOGAN (SUARABARU.ID)– Kekeringan makin parah melanda wilayah Kabupaten Grobogan. Empat kecamatan sudah meminta droping air bersih untuk rakyat.
Meski kekeringan sudah makin peran dan ada permintaan droping air bersih dari empat kecamatan, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Grobogan belum menetapkan status darurat.
Kepala Pelaksana BPBD Grobogan, Endang Sulistyoningsih mengungkapkan, jumlah kecamatan yang mengalami kekeringan bertambah. Ada empat kecamatan yang mengirimkan surat permohonan ke BPBD Grobogan untuk droping air bersih.
Keempat kecamatan tersebut yakni Ngaringan, Tanggungharjo, Gubug, dan Penawangan. Keempat kecamatan ini telah mengirimkan surat permohonan kepada BPBD Grobogan untuk bantuan air bersih.
Sebelumnya, ada delapan kecamatan yang meminta droping air bersih. Endang menjelaskan, sampai saat ini BPBD Grobogan dan CSR PT Podo Rukun telah melakukan droping air bersih ke 12 kecamatan dan 26 desa.
Baca juga DPRD Grobogan Setujui TPP ASN, Tertinggi Sekda Rp 20,868 Juta dan Terendah Pramu Rp 1,098 Juta
“Total 63 tangki atau 332 ribu liter air bersih telah kita kirim ke Kecamatan atau desa terdampak bencana kekeringan,” ungkap Kepala BPBD Grobogan Endang Sulistyoningsih, saat ditemui wartawan, 27 Juli 2023.
Bisa Diatasi
Enam bulan terakhir, sejumlah wilayah di Kabupaten Grobogan mengalami bencana kekeringan, yakni di Geyer, Toroh, Wirosari, Grobogan, Kradenan, Pulokulon, Karangrayung, Purwodadi, dan Tawangharjo. Sembilan kecamatan ini mengajukan permohonan air bersih kepada BPBD Grobogan.
Meski demikian, Endang Sulistyoningsih menjelaskan, sampai saat ini BPBD Grobogan belum menetapkan status darurat. “Karena persoalan bencana kekeringan di Kabupaten Grobogan ini masih bisa diatasi oleh BPBD,” kata Endang.
Endang menjelaskan, puncak musim kemarau diprediksi terjadi Agustus hingga September. Jika nantinya akan bertambah lonjakan wilayah yang mengalami kekeringan, Endang menjelaskan akan dilakukan penetapan status darurat.
“Harapan kami, wilayah terdampak kekeringan tidak bertambah pada Agustus mendatang,” tutur Endang.
Pihaknya menjelaskan, meski relatif dapat diatasi, namun BPBD Grobogan terus berusaha mengantisipasi krisis air di masa depan dengan tim teknis, yakni menemukan mata air baru atau pembuatan sumur artetis.
“Cara yang terbaik mungkin yakni menampung air hujan, namun itu juga butuh dana yang cukup besar,” beber mantan Sekretaris Dinas PUPR Grobogan ini.
Tya Wiedya