JC Tukiman Tarunasayoga
TERTARIK oleh berita heboh bahwa si Dhadhap, yang notabene kader partai A, datang ke partai B bahkan diterima full team; juga Suta yang juga kader partai A beberapa waktu lalu melakukan hal serupa; ada juga pengurus teras partai B datang ke markas partai C.
Pada waktu yang lain, bahkan ketua umum satu-dua partai mengatakan sudah menunggu jadwal untuk dapat bertemu ketua umum partai besar, dan berita lain-lain serupa; mendorong saya ingat ungkapan sebuah ayat suci: “Cerdiklah seperti ular, tuluslah seperti merpati.”
Ular kok dipandang cerdik, ya? Pencerahan dari seorang teman mengatakan, ingatlah kisah Ibu Hawa jatuh ke dalam dosa. Bukankah ia jatuh karena tidak patuh, berdosa karena tergoda? Siapa berhasil menggoda Ibu Hawa? Ular kan? Nah, di situlah kecerdikan ular, sampai-sampai manusia yang harusnya patuh pun jatuh, ia berdosa karena tergoda.
Godha
Makna asali godha ternyata disebutkan: Apa-apa wae sing njalari dosa, utawa agawe badhar tapane. Apa saja (tentu juga siapa saja) yang mendorong orang jatuh ke dalam dosa, atau membatalkan niat baik seperti berpuasa, dsb; itu disebut godha.
Baca juga Politik Sabar Vs Politik Kesusu
Mereka yang tergoda dan jatuh, disebut kena godha; misalnya pimpinan sebuah kantor jebul gandheng-renteng dengan stafnya, konangan, ehhhh kena razia lagi. Mereka berdua itu dapat disebut kena godha. Nyanyiannya berbunyi: Awalnya biasa saja, lalu mulai godha-godha, ……………akhirnya kena godha.
Kena godha berbeda arti dari godha rencana; sebab dalam godha rencana itu terkandung makna terjadi/ada alangan, atau terjadi suatu peristiwa yang menyebabkan tujuan tidak tercapai, batal, gagal, atau tertunda.
Kena macet di jalan raya, lebih dari satu jam misalnya, sehingga kesempatan memeroleh pekerjaan hilang karena wawancara dibatalkan; itu contoh ada godha rencana di jalan.
Nggodha
Apa yang terjadi pada Ibu Hawa? Di pihak Ibu Hawa, tadi sudah dikatakan, disebut terkena, tergiur godaan; sedang di pihak ular, binatang melata ini disebut nggodha. Ularlah yang nggodha, menggoda sedemikian rupa dan cerdik. Buktinya Ibu Hawa takluk.
Dalam contoh Dhadhap, Suta, partai B, partai C, partai A di awal tulisan ini pantas kita diskusikan: Siapa menggoda siapa? Sedang saling menggodakah, kalian? Atau, ada yang sengaja mejeng agar digoda-goda?
Tahun politik, rasanya tidak terlalu salah jika dikatakan sebagai tahun penuh godaan, tahun menggoda-goda, atau juga tahun mejeng bagi yang memang kepingin tergoda dan menggoda. Caranya bermacam-ragam, dan yang baru saja terlihat oleh khalayak terkait Suta, Dhadhap dan Si A, B, C itu belumlah seberapa. Berarti, akankah ada yang lebih seru lagi? Dugaan saya ada; maksudnya masih akan ada goda-menggoda sampai akhirnya seperti nasib Ibu Hawa, yakni benar-benar tergoda.
Arti asali nggodha ada dua; pertama, ngreridhu, ganggu-ganggu; dan yang kedua supaya badhar, yakni agar betul-betul jatuh. Contohnya, kalau seorang eselon tiga goda-goda stafnya dengan gombalan-gombalan manis, namun si cantik dari wetan kali mung mesam-mesem saja; yah…………….itu godaan gombal saja.
Namun berubah menjadi wewe-gombal manakala si eselon tiga dan si cantik wetan kali krungkep bareng, jatuh. Itulah yang disebut badhar tenan, jugruk gunung batunya, dan mereka berdua bernafas dalam-dalam, meski sangat bisa jadi nantinya akan bernafas dalam lumpur.
Saat ini, dalam konteks tahun politik, sapa nggodha sapa, belumlah tampak terang benderang. Masing-masing baru saling menggoda, tebak-tebak buah manggis, mbokmenawa cocok. Masing-masing baru saling lempar pantun, dan kelak bila telah ada yang lempar handuk, nah ……………..pasti akan semakin gayeng, jreng…..jreng……..jreng.
Siapa diuntungkan dalam fase saling goda saat ini? Pihak yang akan diuntungkan adalah dia atau mereka yang tetep waspada, tetap bersikap waspada. Jika tidak waspada, akan seperti si eselon tiga yang mulanya bernafas dalam-dalam bersama si cantik wetan kali, namun lalu bernafas dalam lumpur. Mengapa? Mereka berdua kurang waspada terhadap fakta bahwa di mana saja saat ini ada CCTV, bahkan ada CCHP.
Siapa diuntungkan lainnya? Mari kita tunggu perkembangannya, dan baru tahu nantinya siapa diuntungkan dengan model saling menggoda ini. Memang kita dapat saja bertanya yang lebih mendalam: Tidak ada strategi lainkah sampai-sampai saling goda-goda ditempuh? Bukankah goda-goda itu jalan pintas yang dapat menyakitkan siapa pun, terutama jika nantinya benar-benar ada yang jatuh?
Tukiman Tarunasayoga, Ketua Dewan Penyantun Catholic Soegijapranata University