air berkah waisak
Lima orang bhikkhu sedang mengambil air berkah Waisak 2566 BE di Umbul Jumprit, Desa Tegalrejo, Kecamatan Ngadirejo, Kabupaten Temanggung. Foto: W. Cahyono

TEMANGGUNG (SUARABARU.ID) – Sekumpulan kera ekor panjang (Macaca fascicularus) bersantai di pinggir jalan antara Ngadirejo – Tambi, tepatnya kawasan Umbul Jumprit di di kaki Gunung Sindoro, Kabupaten Temanggung.

Kera-kera ini memang dikenal sebagai penghuni Kawasan Umbul Jumprit, mata air yang biasa digunakan untuk acara ritual pengambilan air suci untuk perayaan Waisak. Mata air Jumprit ini juga merupakan mata air bagi aliran Sungai Progo yang mengalir sampai ke Laut Selatan.

Mata air Jumprit yang sudah dikenal sejak lama dengan keberadaan monyet-monyetnya menjadi daya tarik bagi wisatawan. Dan, dalam tradisi kepercayaan Jawa, mata air merupakan tempat yang disakralkan. Maka pada malam 1 Sura 1957 Saka seperti hari ini, mata air biasa dijadikan tempat untuk kungkum atau berendam. Begitu pula pertemuan antara dua sungai yang disebut tempuran.

blank
Meski merupakan hewan liar, kera ekor panjang penghuni Umbul Jumprit ini tetap bersahabat dengan manusia. Foto: Tya Wiedya

Konon, kera-kera di kawasan Umbul Jumprit ini dipercaya sebagai keturunan Ki Dipo. Seekor kera betina menemani dikisahkan menemani Ki Jumprit bertapa di sini.

Seekor kera betina ini berasal dari Pegunungan Pleret. Hingga kini, jumlahnya diperkirakan sekitar 25-30 ekor dan dipercaya tidak pernah bertambah atau berkurang. Sekumpulan kera ini bisa ditemukan bermain di pinggiran jalan masuk Umbul Jumprit.

Jalur ke Dieng Lewat Tambi

Jika kita melintasi jalur ini dari kawasan Dieng via perkebunan teh Tambi dan menyusuri jalur Ngadirejo – ini, maka Anda akan menemukan sekumpulan kera.  Sekumpulan kera ini menjadi pengobat rasa penasaran bagi warga tentang keberadaan Umbul Jumprit.