blank
ANTRI - Ribuan orang harus mengantri untuk melawati jembatan 7 bintang. (Foto: Sutrisno)

TEGAL (SUARABARU.ID) – Ribuan warga keturunan Tionghoa dari berbagai kota mengikuti Ritual Penyeberangan Jembatan 7 Bintang di Kelenteng Tek Hay Kiong Tegal, Sabtu (15/7/2023) malam. Dilanjutkan Minggu (16/7/2023) kirab dan Rabu (19/7/2023) mendatang adalah acara tutup pintu (NGO MUI).

Tak hanya dari Tegal, tetapi banyak tamu keturunan Tionghoa yang berasal dari luar kota. Seperti dari Jakarta, Tangerang, Indramayu, Cirebon, Semarang, Bandung, Magelang hingga Banyuwangi. Ritual Penyeberangan Jembatan 7 Bintang atau Pai Tou ini merupakan sembahyang kepada Dewa Rasi Bintang Utara. Kegiatan tersebut masuk dalam rangkaian Perayaan Sejit Kongco Ceng Gwan Cin Kun Tahun 2574/2023.

Sebelumnya telah dilakukan pementasan gamelan pusaka berusia ratusan tahun. Gamelan Kyai Naga Mulya milik Kelenteng Tek Hay Kiong Tegal tersebut dimainkan hanya para perayaan tertentu saja. Puncaknya kegiatan Kirab Gotong Toa Pe Kong yang diikuti 49 patung dewa dari berbagai kota.

Sementara itu, tamu dari kelenteng luar kota diperkirakan jumlahnya mencapai 2.000 orang. Seorang keturunan Tionghoa, Leman Kristanto (60) mengatakan, ia sengaja datang dari Banyuwangi sendiri untuk mengikuti Perayaan Sejit Kongco Ceng Gwan Cin Kun. “Kegiatan yang wajib untuk diikuti antara lain ritual Penyebrangan Jembatan 7 Bintang,” terangnya.

Ritual tersebut bermakna supaya panjang umur, menghilangkan segala sial, dan sukses di masa yang akan datang. “Tidak semua kelenteng menggelar ritual ini. Hanya di Tegal dan beberapa kelenteng saja,” katanya.

Keturunan Tionghoa lainnya, Lim Wuinyan (73) mengatakan, ia bersama rombongan sebanyak 100 orang dengan kendaraan bus tiga unit datang dari Vihara Budi Mulya Jakarta. Rombongan tiap tahun selalu hadir di Kota Tegal untuk meramaikan, terutama dalam Kirab Gotong Toa Pe Kong.

Kegiatan yang dinantikan antara lain ritual Penyebrangan Jembatan 7 Bintang. “Harapannya Indonesia cerah, rakyatnya makmur dan tidak ada yang sakit,” ungkapnya.

Sementara itu, Rohaniawan Kelenteng Tek Hay Kiong Tegal, Chen Li Wei mengatakan, ritual ini baru diadakan kembali setelah selama tiga tahun vakum akibat pandemi Covid-19.

Sembahyang ini adalah upacara penghormatan untuk Dewa Rasi Bintang Utara. Ia mengatakan, warga keturunan Tionghoa berbondong-bondong untuk melintas ke jembatan tersebut. Mereka berharap keselamatan, keberkahan, dan panjang umur. “Tujuannya untuk memohon keselamatan dan keberkahan bagi para umat serta Kota Tegal pada khususnya dan bangsa Indonesia pada umumnya,” ungkapnya.

Sutrisno