JEPARA(SUARABARU.ID) – Di tengah pesatnya perkembangan industri manufaktur, sektor usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) tetap diandalkan dalam perekonomian daerah. Memiliki banyak UMKM yang sebarannya merata, Jepara punya daya tahan lebih kuat dibanding daerah lain. Bukti terkininya, kemunduran ekonomi global akibat badai Covid-19.
“Akibat pandemi, pertumbuhan ekonomi Kabupaten Jepara memang minus 1 persen. Tapi itu lebih baik dari rata-rata Jawa Tengah dan nasional yang minusnya sampai 2 persen.”
Hal tersebut dikatakan Sekretaris Daerah (Sekda) Jepara Edy Sujatmiko saat menjadi narasumber dialog interaktif bersama para alumni SMA Negeri 1 Jepara tahun 1987 di Radio Kartini FM Jepara, Sabtu (24/6/2023) siang. Dialog bertema “Jepara Dulu, Kini, dan yang Akan Datang” itu dipandu Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten Jepara Arif Darmawan.
Selian Sekda Edy Sujatmiko, dialog juga menghadirkan Dosen Fakultas Psikologi UGM Yogyakarta Rahmat Hidayat dan Kepala Kantor Pelayanan Pajak Madya Surakarta Yunus Darmono. Keduanya teman seangkatan Edy sujatmiko di SMAN 1 Jepara tahun 1987.
Menurut Edy Sujatmiko, peran UMKM me-rebound pertumbuhan ekonomi di Jepara pascapandemi sangat besar. Pada tahun 2022, pertumbuhan ekonomi Jepara hampir menyentuh 6 persen, tepatnya 5,95 persen. Sedangkan rata-rata Jawa Tengah dan nasional, sama-sama berada di angka 5,31 persen.

“Saat krisis, sektor manufaktur langsung kolaps. Tapi UMKM bisa bertahan di antaranya karena industriini dikelola keluarga,” katanya.
Karena itulah, meski arah pembangunan daerah tahun 2024 sudah ke ketahanan pangan, Pemkab Jepara tidak melupakan pembangunan sumber daya manusia, termasuk agar siap memasuki pemasaran digital.
“Ketika melatih UMKM, kami pastikan ada materi pemasaran online. Sekarang kita lihat hasilnya. Belanja kebutuhan jamuan online dari pos APBD sebesar Rp18 miliar per tahun, pada awal aplikasi Blangkon hanya dinikmati pelaku usaha luar daerah. Kini, uang itu bisa berputar di Jepara,” katanya.
Di luar pembangunan SDM, pembangunan sektor wisata ditempatkan sebagai pemberi daya dukung sinergis. “Ketika orang berkunjung untuk berwisata, pasti membelanjakan uang di di Jepara,” tambahnya.
Dosen Fakultas Psikologi UGM Yogyakarta Rahmat Hidayat mengatakan, kondisi itu bisa terjadi di Jepara karena memiliki skill SDM yang tanpa sentuhan pelatinan modern apapun, sudah memiliki nilai jual internasional.
“Itu ada di pelaku industri ukir, tenun, monel, dan sebagainya. Jika kita telusuri dari mana munculnya, pasti ada pertalian dengan sejarah panjang Jepara dan pewarisan budaya nenek moyang orang Jepara,” demikian Rahmat Hidayat.
Sedangkan Kepala Kantor Pelayanan Pajak Madya Surakarta Yunus Darmono menambahkan, pilihan peningkatan kualitas SDM dalam pembangunan daerah sangat tepat.
Sementara itu, selain dialog interaktif ini, pada Sabtu malam para alumni SMAN 1 Jepara Angkatan 1987 akan reuni di Hotel D Season Jepara. Agenda yang dilaksanakan di antaranya diskusi peran organisasi dalam pembangunan Jepara.
Hadeoe-Bakopi/S