blank
Kegiatan peningkatan kompetensi generasi muda melalui pemanfaatan produk perkamusan yang digelar Balai Bahasa Provinsi Jateng. Foto: Dok/BBPJT

SEMARANG (SUARABARU.ID) – “Kita memiliki slogan Utamakan Bahasa Indonesia, Lestarikan Bahasa Daerah, dan Kuasai Bahasa Asing. Dengan slogan tersebut, bagaimanakah cara melestarikan bahasa daerah, dan bagaimana pula cara mewujudkan bahasa Indonesia menjadi bahasa internasional?”

Pertanyaan itu muncul dari salah seorang siswa SMA Unggulan CT Arsa Sukoharjo dalam kegiatan Peningkatan Kompetensi Generasi Muda Melalui Pemanfaatan Produk Perkamusan pada 19-20 Juni 2023.

Kegiatan yang digelar Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah tersebut diikuti 40 siswa SMA Unggulan CT Arsa Sukoharjo. Narasumber dalam kegiatan tersebut adalah dua Duta Bahasa Jawa Tengah, Sella Wardhani dan Zaki Adi Saputra.

Acara yang dibuka Kepala Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah, Dr. Syarifuddin, M.Hum., tersebut menghadirkan Kepala SMA Unggulan CT Arsa Sukoharjo, Guru Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, dan Guru Bahasa Arab SMA CT Arsa Sukoharjo.

Menurut Syarifuddin, langkah-langkah yang dapat dilakukan oleh generasi muda untuk mewujudkan slogan tersebut adalah menggunakan bahasa Indonesia secara baik dan benar.

“Selain mengutamakan bahasa Indonesia, para siswa tetap menggunakan bahasa daerah sebagai bahasa ibu di lingkungan rumah, dan berupaya untuk menguasai berbagai bahasa asing,” ujar Syarifuddin di aula SMA CT Arsao Sukoharjo, belum lama ini.

Sementara itu, Drs. Usdiyanto menyambut baik kegiatan Peningkatan Kompetensi Generasi Muda Melalui Pemanfaatan Produk Perkamusan tersebut. Dengan kegiatan ini diharapkan siswa mahir dalam memanfaatkan kamus, ensiklopedi, glosarium, dan lainnya.

“Siswa dapat merujuk dengan tepat agar informasi yang didapatkan akurat. Kami berharap dapat terus bekerja sama dengan Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah dalam kegiatan-kegiatan lainnya,” ungkap Usdiyanto.

Levina, salah satu siswa SMA Unggulan CT Arsa, mengungkapkan kegelisahannya terhadap budaya literasi. Sebagian besar generasi muda tidak menjadikan membaca buku sebagai aktivitas sehari-hari.

“Salah satu langkah yang bisa dilakukan adalah membuat komunitas baca atau komunitas literasi, menjadi penggerak melalui media sosial, misalnya dengan menceritakan hal-hal yang menarik dari buku yang dibaca. Dengan begitu, sedikit demi sedikit kita akan menggerakkan hati orang tertarik untuk ikut membaca,” kata Zaki Adi Saputra.

Zaki mengatakan, bahwa lupa waktu itu berkaitan dengan pengendalian diri, pembagian waktu, dan penentuan skala prioritas. “Siswa bisa membuat piramida waktu. Dengan disiplin membagi waktu, semua aktivitas dapat berjalan dengan baik,” jelas Zaki.

Ning S