blank
Irwan Loekito Wakil Ketua Bidang Sosial Forkomas membagikan susu sebasi makanan gizi tambahan kepada perwakilan anak stunting di Balai Kelurahan Kembangarum Kecamatan Semarang Barat, Kota Semarang, Minggu (14/5/2023). Foto: Absa

SEMARANG (SUARABARU.ID) – Forum Komunikasi Ormas dan LSM (Forkommas) melakukan sosialisasi penanganan anak stunting dan membagikan makanan gizi tambahan di Balai Kelurahan Kembangarum Kecamatan Semarang Barat, Kota Semarang, Minggu (14/5/2023).

Menurut Wakil Ketua Bidang Sosial Forkomas Irwan Loekito, bahwa kegiatan membantu pemerintah dalam penanganan stunting sudah dilakukan oleh Forkomas sejak tahun 2019 lalu, sebelum adanya pandemi covid-19 menerjang Indonesia.

“Permasalahan stunting ini merupakan prioritas penanganan di tingkat nasional. Kami dari Forkommas sejak tahun 2019 ya, kami tergerak untuk ikut berpartisipasi menangani stunting di Kota Semarang. Jadi sejak 2019, kami sudah sering melakukan pembagian biskuit balita dan ibu hamil, sampai di masa pandemi. Untuk tahun ini, atas imbauan dari Kementerian Kesehatan, untuk menangani stunting dianjurkan menggunakan protein hewani, jadi kami menggunakan susu dan telur,” jelasnya.

Oleh sebab itu, Bendahara Tim Zero Stunting Semarang Selatan itu menjelaskan pula, jika di dalam melakukan penanganan stunting di wilayah Semarang Selatan melibatkan semua stakeholder yang ada, dengan memanfaatkan potensi CSR (corporate social responsibilities) dari perusahaan-perusahaan, yang ada di lingkungan wilayah Kecamatan Semarang Selatan.

“Untuk Semarang Barat sendiri, dengan adanya rumah pelita (rumah relawan penanganan stunting), diharapkan ke depan, dapat menjadi percontohan dan bisa tersebar di beberapa kecamatan di Kota Semarang,” harap Ketua Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (LPMK) Lamper Lor, Kecamatan Semarang Selatan ini.

Apresiasi Camat

Camat Semarang Barat Elly Asmara, pada kesempatan itu memberikan apresiasi kepada Forkommas, atas upayanya ikut berpartisipasi, dalam sosialisasi penanganan stunting di Balai Kelurahan Kembangarum, Kecamatan Semarang Barat.

“Jadi untuk data anak stunting di wilayah Semarang Barat ada 121 anak. Dan Kami mengapresiasi kegiatan hari ini. Kolaborasi Kecamatan, PKK, Puskesmas setempat, Forkommas kemudian dari Nestle Head Science dan juga dokter spesialis anak dokter Novita,” ungkapnya.

Sedang untuk intervensi terhadap penanganan stunting hari ini, menurut Camat Elly, adalah intervensi sensitif yaitu edukasi terhadap pola asuh, kemudian mengurai mengenai gizi. Jadi dari sekian banyak intervensi yang diberikan selama ini oleh pemerintah adalah keberlanjutan pola asuh yang harus dipahami dan disadari oleh orang tua.

“Kami menucapkan terima kasih kepada Forkommas, Nestle dan juga dokter Novita, dimana tadi juga telah dibagikan susu kepada 50 anak stunting di Semarang Barat. Sehingga bisa membangkitkan semangat mengudukasi, semangat mengasuh, bahwa point penting adalah tanggung jawab orang tua untuk mendidik anak sebaik mungkin. Karena begitu banyaknya pemerintah menggelontorkan dana, tapi kalau tidak diikuti dan di tindaklanjuti orang tua, akan menjadi sia-sia nantinya,” papar Camat muda ini.

Harapannya, tambah Elly Asmara, semua upaya dari pemerintah, swasta maupun pihak-pihak lain bisa bergerak bersama untuk menangani stunting.

“Tapi masyarakat (orang tua) juga harus memahami pula, harus memiliki tanggungjawab yang sama, dalam memberikan edukasi kesehatan yang baik buat anak-anaknya,” harap Camat Semarang Barat.

Dokter Spesialis anak dari Rumah Sakit Elizabeth dr Novita Wijayanti dalam paparannya menyampaikan, bahwa yang mempengaruhi pertumbuhan anak ada dua, yaitu Faktor Lingkungan dan Faktor Genetik

“Yang dimaksud faktor genetik adalah dari garis keturunan, walaupun lebih sulit tapi hal itu tetap bisa untuk diusahakan jalan keluarnya. Sedang untuk faktor lingkungan, yaitu kurang gizi, penyakit akut, dan kronis, sosial ekonomi dan psikologis,” papar dr Novita.

Oleh sebab itu, lanjutnya, dalam penanganan anak stunting butuh intervensi atau butuh ditolong, sebab ciri tumbuh kembang anak yang baik, yakni sesuai dengan arah tumbuh kembang anak.

“Jadi kalau terlalu cepat pertumbuhannya bisa mengakibatkan obesitas, namun jika terlalu lambat bisa terjadi kurang gizi atau stunting,” urainya.

Absa