blank
Kompleks Makam Sido Mukti Desa Kaliputu, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah.

JEPARA (SUARABARU.ID)- Mungkin tidak banyak yang tahu bahwa Drs, RMP. Sosrokartono, kakak dari RA. Kartini dimakamkan di Kota Kudus. Tepatnya di kompleks Makam Sido Mukti Desa Kaliputu, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah. Salah satu tokoh besar Indonesia yang banyak mempengaruhi pemikiran Kartini. Oleh orang Belanda, Sosrokartono dikenal dengan sebutan Si Jenius dari Timur karena menguasai 35 bahasa atau polyglot. Atau juga sering disebut sebagai Pangeran Jawa karena ketampanannya.

blank
Makam Adipati Tjodronegoro III. Leluhur Sosrokartono.

Sosrokartono lahir di Mayong, Jepara pada Rabu Pahing 10 April 1877 Masehi dari pasangan Raden Mas Semangun Sosroningrat dan Mas Ajeng Ngasirah. Kakek dari ayahnya adalah seorang Bupati Demak bernama R.M.A.A. Ario Tjondronegoro IV. Sedangkan kakek dari ibu adalah seorang pemimpin sebuah pondok pesantren di Teluk Awur bernama Kyai Haji Modirono. Eyang buyut Sosrokartono adalah R.M.A.A. Tjondronegoro III seorang Bupati Kudus yang sangat dihormati.

blank
Lukisan Sosrokartono.

Menjadi seorang wartawan Perang Dunia I di harian koran The New York Herald Tribune, Sosrokartono melalui seleksi ketat saat mendaftar. Ia berhasil menyingkirkan beberapa pendaftar yang kebanyakan dari Eropa. Saat terjadi peundingan damai anatara Jerman dengan Perancis yang dilakukan secara rahasia di sebuah gerbong kereta dan di pedalaman hutan Champaigne, Perancis Selatan, serta dijaga ketat oleh tentara, Sosrokartono berhasil meliput perundingan tersebut dan memuatnya di harian The New York Herald Tribune, duniapun dibuat gempar. Dalam Memoir Mohammad Hatta (1979) meyakini, gaji Sosrokartono sebagai jurnalis The New York Herald Tribune sangat besar untuk ukuran zaman itu, yakni 1.250 dolar AS per bulan.

Ketika Suarabaru.id hendak berziarah ke makam Sosrokartono, gerbang makam dalam keadaan tertutup dan terkunci. Namun saat kami ditanya oleh seorang pereempuan salah satu pengelola yang berada di dalam makam, “Saking pundi?” kami menjawab dari Jepara. Akhirnya kami dipersilahkan masuk makam, melewati pintu kecil. Meskipun mobil kami berada jauh di luar gerbang.

Komplek makam yang dikenal sebagai makam trah Tjondronegoro III ini sangat luas. Suasana asri makam yang dipenuhi dengan pohon-pohon besar juga menjadikan suasana makam ini terasa mistis, karena tidak ada pengunjung selain kami. Dua pendapa kecil tepat berada di kanan kiri jalan masuk menuju lokasi makam Sosrokartono.

Kami berjalan menelusuri jalan kecil masuk ke makam, kemudian disambut oleh makam utama yang bertuliskan “Pesarean Kangdjeng Kjai Adipati Ario Tjondronegoro III Bupati Pati-Kudus 1812-1837”. Setelah melewati makam utama kami belok kanan. Makam Sosrokartono berada di ujung sebelah kanan. Saat kami hendak masuk, kami bertemu dengan seorang laki-laki sepuh yang sedang menyapu di sekitar makam. Diketahui laki-laki tersebut adalah juru kunci makam.

Dalam ruang makam Sosrokartono terdapat simbol huruf hijaiyah “Alif” yang merupakan ajaran Catur Murti. Dalam ajaran tersebut Sosrokartono merumuskan antara pikiran, perasaan, perkataan, dan perbuatan harus lurus dan sama. Di bawah simbol huruf Alif terdapat foto diri Sosrokartono.

Dalam hidupnya, Sosrokartono mempunyai laku spiritual yang penuh dengan kebijaksanaan. Hal ini dijalankan oleh para muridnya hingga saat ini. Kebijaksanaan hidup Sosrokartono tertulis dalam sebuah catatan yang tetap dilestarikan, salah satunya adalah:

Sugih tanpa banda, Digdaya tanpa aji, Nglurug tanpa bala, Menang tanpa ngasorake, Trimah miwah pasrah, suwung pamrih, Tebih ajrih langgeng tan ono susah, Tan ono bungah. Anteng manteng, sugeng Jeneng, Durung menang yen durung wani kalah, Durung tunggul yen durung wani asor, Durung gede yen durung wani cilik.

(Artinya: Kaya tanpa harta, Sakti tanpa ajimat, Menyerbu tanpa pasukan, Menang tanpa merendahkan, Menerima dengan pasrah, Sepi dari rasa pamrih, Jauh dari rasa takut, Selamanya tiada perasaan susah, Tiada perasaan gembira. Tenang dalam menghadapi sesuatu, Belum menang bila belum berani menghadapi kalah, Belum unggul bila belum berani rendah, Belum menjadi besar bila belum berani menjadi kecil).

ua