TEGAL (SUARABARU.ID) – Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) melakukan diseminasi program prioritas bidang kebahasaan dan kesastraan dalam rangka penyusunan rekomendasi kebijakan badan bahasa di Hotel Bahari Inn Kota Tegal, Minggu (16/4/2023).
Hadir narasumber Sekretaris Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Hafidz Muksin, Wakil Ketua Komisi X DPR RI, Abdul Fikri Faqih dan Kepala Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah, Syarifuddin.
“Diseminasi program kebahasaan dan kesastraan menjadi langkah strategis yang dilakukan Badan Bahasa, Kemendikbudristek sebagai bentuk akuntabilitas keterbukaan informasi publik dan mewujudkan badan bahasa agar semakin nermartabat-bermanfaat,” kata Sekretaris Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Hafidz Muksin.
Hafid menjelaskan, sebagai unit utama di Kemendikbudristek yang mengawal salah satu lambang negara yakni bahasa, saat ini telah melakukan tranformasi kebijakan dengan tiga fokus utama yakni, literasi kebahasaan dan kesastraan, Pelindungan Bahasa dan Sastra, Internasionalisasi Bahasa Indonesia.
“Literasi kebahasaan dan kesastraan merupakan salah satu upaya Badan Bahasa untuk menciptakan ekosistem masyarakat Indonesia yang berbudaya literasi terutama baca dan tulis,” ujar Hafid.
Sementara Wakil Ketua Komisi X DPR RI, Dr H Abdul Fikri Faqih merasa khawatir dengan kondisi bahasa kita yang memprihatinkan. “Saya di Komisi X DPR RI meningkatkan literasi karena kekhawatiran tidak hanya masyarakat umumnya atau para pakar bahasa tapi di Komisi X DPR RI kegelisahan terkait bahasa memuncak hingga akhirnya membuat panitia kerja (Panja) untuk peningkatan literasi dan pegawai perpustakaan,” kata Fikri.
Fikri menyebutkan, pegawai Perpustakaan di Kabupaten/Kota sampai sekarang tidak pernah diperhatikan. Sekarang ada kurikulum P3K saja tidak ada formasi perpustakawan.
Kekhawatiran dan kegelisahan ini memuncak karena selalu diukur dari 74 negara kita Indonesia Nomor 70. “Acara seperti ini, konsep secara umum Kemendikbudristek melalui badan bahasa sudah punya konsep. Literasi salahsatunya kebahasaan dan kesusasteraan yang akan kita dorong bagaimana supaya nanti bisa sinergi antara satu dengan yang lain. Sebagian besar kita tergantung dari satuan pendidikan,” terang Fikri.
“Kebahasaan dan kesasteraan ternyata bukan hanya pemerintah saja. Untuk pengembangan sepenuhnya komunitas masyarakat baca, penulis, penerbit, masyarakat yang mendirikan taman bacaan ikut terlibat,” pungkasnya.
Sutrisno