SURAKARTA (SUARABARU.ID) – Majelis Agama Konghucu Indonesia (Makin) Surakarta melaksanakan ziarah kubur dan sembahyang kepada leluhur.
Ritual khusus pada hari raya Ching Bing yang rutin dilaksanakan masyarakat Tionghoa khususnya orang Konghucu berlangsung setiap bulan April berlangsung di Rumah Duka Thiong Ting Solo.
Budaya Tionghoa bersembahyang dan menengok makam leluhur tetap dilaksanakan keturunannya meski banyak diantara mereka tidak beragama Konghucu. Kelompok ini tetap mengikut sertakan leluhurnya untuk didoakan pada hari raya Ching Bing.
“Kali ini tercatat ada 200 nama leluhur yang ditulis pada kertas untuk didoakan. Usai ritual nama para arwah tadibersama uang kertas akan dibakar”, kata Pendeta Ws Adjie Chandra di sela sela ritual ziarah kubur sembahyang kepada leluhur di halaman rumah Duka Thiong Ting Solo, Minggu (16/4)
Dalam ritual sembahyang kata Pendeta Ws Adjie Chandra selain altar Thian (Dewa Bumi di depan Klenteng Dewa Bumi juga ada dua altar sembahyang yaitu Vegetarian dan Umum.
Ketersediaan dua altar karena leluhur ada yang vegetarian dan umum. Penyelenggaraan ritual difasilitasi Perkumpulan Masyarakat Surakarta (PMS) dan selalu berlangsung di Rumah Duka Thiong Ting.
Pada masa lalu Thiong Ting merupakan rumah abu karena di lokasi bersangkutan tempat penempatan abu orang Tionghoa berkait peristiwa Geger Kartasura. Sekaligus tempat pemakaman.
Bahkan di Thiong Ting juga terdapat makam pendiri yakni Kapitan Liem Djie Boo dan istri . Karena itu setelah selesai ritual sembahyang dilakukan siarah ke makam Liem Djie Boo. Hari Raya Ching Bing bertepatan dengan 5 April setiap tahunnya.
Tanggal tersebut dihitung 104 hari setelah Tang Cik (22 Desember yaitu saat letak matahari berada di 23 ½ derajat Lintang Selatan ).” Untuk merayakannya bisa dilakukan 15 hari sebelum 5 April hingga setengah bulan sesudahnya. Di Solo Makin setempat selalu merayakan pada Minggu terakhir setelah 5 April “, jelasnya.
Bagus Adji