blank
Ilustrasi. Foto: iStock

blankJC Tukiman Tarunasayoga

MASIHKAH Anda sering mendengar kata “baul”? Jarang kan? Dalam sebuah permainan remi contohnya, tiba-tiba ada salah satu pemainnya konangan, yakni ketahuan curang, misalnya ndhelikake, menyembunyikan kartu As, lalu pemain lainnya teriak: “Baul, ah, Toni curang!!”.

Itu artinya, permainan dihentikan, tidak dilanjutkan, dan bamban maneh, yaitu mulai putaran permainan baru. Itulah baul yaitu ora sida main, dibaleni maneh: Permainan tidak dilanjutkan atau tidak jadi, diulang dari depan/awal lagi.

Bacalah baul seperti Anda mengucapkan gaul, kaul, atau memanggil teman bernama Paul; dan maknanya seperti telah disebutkan di atas: ora sida, ora dadi, bali maneh, wurung, jugar namun penerapannya bisa berbeda-beda.

Contoh main remi tadi, karena ada yang menyembunyikan kartu As, lalu permainan diulang dimulai lagi dari awal, kosakata paling pas memang baul. Mengapa baul yang pas? Karena permainan itu ora sida dan dibaleni maneh.

Piala Dunia U-20

Kata yang tepat untuk melukiskan pencoretan Indonesia oleh FIFA sebagai tuan rumah piala dunia U-20 bukan baul, melainkan  batal, jugar, utawa bubar (lahan). Apa saja disebut batal manakala, satu, ora kanggo amarga nerak wewaton, yakni tidak berlaku lagi karena melanggar aturan atau kesepakatan.

Baca juga Main Alus

Dua, diwurungake, yaitu dicabut kesepakatannya, dibatalkan dan/atau tidak dilanjutkan; dan tiga batal juga bermakna ora dianggep absah, tidak dianggap sah sekali pun misalnya sebuah pertandingan sudah terjadi.

Kejadian pembatalan itu juga dapat disebut dengan kata jugar, yakni ora dadi, ora sida karena diwurungake, tidak jadi diadakan karena memang diputuskan tidak jadi berlanjut. Dan peristiwa itu juga dapat dilukiskan dengan kata bubar atau bibar karena memang terjadi “perpisahan,” dan dalam konteks pembatalan sebagai tumah rumah itu lalu terjadi perpisahan.

Contohnya tim yang sudah disiapkan jauh-jauh hari dibubarkan, dipisahkan; stadion yang sudah siap-siap, ya mau tidak mau (sementara ini) ora rampung dhisik. Itulah makna bubar lahan (di beberapa tempat disebut bubar dalan) karena ora ana wohe, ora ana tumanjane: jerih payah selama ini tidak menghasilkan buah, seolah-olah tidak ada manfaatnya lagi.

Singkat cerita, baul tidak cocok/pas  untuk melukiskan  masalah sebesar pembatalan Indonesia menjadi tuan rumah piala dunia U-20 karena sangat melebihi dengan soal main remi tadi.

Bubrah?

Pertanyaannya, apakah batal, wurung, jugar lan bubar tadi membawa serta bubrah?  Pastilah tidak. Ini yang harus ditegaskan bahwa pencoretan Indonesis sebagai tuan rumah piala dunia U-20 tidak membawa serta bubrah!

Baca juga Apes

Sesuatu disebut bubrah, manakala organisasi, barang, atau bangunan dan apa pun lainya itu lalu; pertama, (menjadi) rusak, padha copot, mretheli. Tidak ada yang rusak dan sebagainya. Kedua, disebut bubrah jika ilang tatanane, aturane, pikirane, lsp. Tidak ada yang hilang sama sekali.

Dan ketiga, disebut bubrah manakala sengaja dirusak, diganti, utawa diowahi ; sementara semuanya tahu tidak ada barang apa pun yang diperlakukan seperti itu.

Tegasnya, batalnya Indonesia menjadi tuan rumah penyelenggaraan piala dunia U-20 tidak membawaserta bubrah dalam hal apa pun. Mereka yang berseru-seru bubrah…..bubrah, tidaklah terbukti karena memang tidak ada.

Berkah ke depan

Berpikir optimis dan positif terhadap pembatalan itu,  pasti akan mendatangkan aura positif, yakni  betapa  nanti akan ada berkah lebih besar. Dengan kata lain, berkah sudah menanti di depan sana, tinggal bagaimana kita menyikapi secara penuh optimisme dan menjauhkan diri dari menggerutu apalagi mencaci-maki. Berulang kali saya katakan, segala sesuatu itu ada waktunya.

Tidak perlu lagi saling tuding, saling tuduh, saling membela diri, dan saling-saling lainnya; karena yang terpenting adalah menyikapi penuh yakin akan datangnya berkat yang besar, lebih besar. Bagi orang percaya, tiada hal mustahil bagi Allah. Seperti halnya Paskah, tersungkur dulu, baru bangkit. Selamat Paskah.

 JC Tukiman Tarunasayoga, Ketua Dewan Penyantun Universitas Katolik (UNIKA) Soegijapranata, Semarang