KOTA MUNGKID (SUARABARU.ID) –“Hati-hati sedulur, nek pulang dari Jogja lewat Jagalan arah Borobudur….bulak sebelah barate Candirejo ada perang sarung…mksih”. Kalimat itu dipasang di sebuah grup WhatsApp pada Jumat (24 Maret 23) pukul 23.27.
Ternyata aksi cepat dilakukan jajaran Polresta Magelang dalam mencegah kejadian “perang sarung” itu. Yakni tawuran antar kelompok menggunakan kain sarung yang diisi bahan pemberat seperti batu.
Kapolsek Ngluwar Iptu Honi Zulqirom hari ini, Sabtu (25/3/23)
mengatakan, pihaknya beberapa waktu yang lalu sudah mempertemukan tokoh masyarakat dan Dinas Pendidikan, khusus membahas pencegahan aksi tawuran. Hasil dari pertemuan tersebut adalah jika masyarakat menemukan kumpulan pelajar atau remaja dengan tujuan tidak jelas, maka segera menghubungi pihak kepolisian. Dengan tujuan untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak di inginkan.
Ternyata pertemuan tersebut mendapatkan perhatian yang positif dari warga masyarakat. Terbukti kerja sama warga masyarakat dengan kepolisian saling membantu dengan saling tukar informasi dapat melakukan tindakan pencegahan aksi “perang sarung” antarpelajar di seputaran Desa Trayem, Kecamatan Ngluwar, pada Jumat (24/3/2023) subuh.
“Kami mendapatkan informasi dari warga masyarakat bahwa ada kumpulan pelajar yang sedang melaksanakan konvoi dan disinyalir akan melakukan aksi tawuran. Selanjutnya dengan dibantu warga, para remaja yang masih duduk di bangku sekolah tersebut dapat diamankan,” jelas Iptu Honi.
Dalam aksi tersebut telah diamankan 15 orang anak yang semuanya masih duduk di bangku sekolah, baik tingkat SLTP maupun SMK dari berbagai sekolah. Selanjutnya untuk mencegah aksinya berlanjut, Polsek Ngluwar bekerja sama dengan tokoh masyarakat melakukan pemanggilan kepada guru dan orang tua masing-masing pelajar yang terlibat, hari ini. Itu mendapatkan apresiasi yang baik dari berbagai pihak.
“Kami sangat mengapresiasi pelaksanaan tugas yang dilakukan oleh pihak kepolisian khususnya Polsek Ngluwar, yang dengan sigap membuat terobosan mengumpulkan tokoh masyarakat dari berbagai lapisan, sehingga kejadian percobaan tawuran atau “perang sarung” dapat segera di cegah,” tegas Camat Ngluwar Rochmad Yani, hari ini.
Perwakilan orang tua pelajar yang terlibat juga memberikan tanggapan positif kepada pihak kepolisian. Khususnya dalam upaya pencegahan aksi tawuran pelajar. Mereka berharap, ke depan anaknya bisa berubah dan dapat menjadi pelajar yang baik, berprestasi serta membanggakan kedua orang tua.
“Kami berjanji akan mendidik anak lebih baik dengan memberikan pengawasan ketat kepada anak,” jelas salah satu orang tua, Sugiyono.
Lebih lanjut perwakilan guru, Sutrisno, menjelaskan akan berusaha memperkuat karakter pelajar sesuai dengan kurikulum. Kemudian apabila ditemukan kasus yang sama, yakni tawuran, maka pelajar yang terlibat tersebut akan direcord sesuai kapasitasnya.
Eko Priyono