blank
Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan.

BIRMINGHAM (SUARABARU.ID)– Tim bulu tangkis Indonesia meriah satu gelar dari ajang All England 2023. Gelar itu dipersembahkan sektor ganda putra lewat capaian all Indonesian final yang mempertemukan Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto melawan Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan.

Ini menjadi back-to-back all Indonesian final sektor ganda putra di All England setelah tahun lalu Merah-Putih juga mencatatkan hal serupa. Lalu, apa kunci kesuksesan ganda putra mendulang sukses di ajang bulutangkis tertua di dunia ini? Simak wawancara kami bersama sang pelatih Herry Iman Pierngadi dan Aryono Miranat berikut ini:

blank
Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto

Coach, selamat atas capaian prestast di All England 2023. Apa perasaan anda ketika kembali ciptakan All Indonesian Final di All England secara beruntun?
Herry IP: Pastinya lega, yang diharapkan bisa berhasil, gembira rasanya. Happy lah.
Aryono: Puji Tuhan kami bisa menciptakan All Indonesian Final, rasanya plong dan lega banget. Kemarin saya sempat teriak kencang untuk melepaskan ketegangan. Terima kasih untuk semua tim support, masyakarat Indonesia yang ada di Birmingham khususnya Pak Dubes yang terus mendukung juga buat para pemain yang sudah berjuang.

Sebelum menciptakan All Indonesian Final, setegang apa anda saat memulai pertandingan demi pertandingan di All England?
Herry IP: Kalau masalah tegang, tidak terlalu ya karena sudah terbiasa, pekerjaan ini juga sudah puluhan tahun saya geluti jadi ketegangan pasti ada tapi kami sudah tahu cara mengatasinya. Yang penting jangan terlihat tegang oleh pemain, ini bisa berpengaruh kepada mereka juga.

Persiapan apa yang paling difokuskan menjelang All England 2023?
Herry IP: Memang kan All England kan target ya, jadi kami sudah punya rencana termasuk dengan absen di German Open untuk fokus persiapan benar-benar di sini. Satu minggu terakhir, kami berlatih dengan shuttlecock yang digunakan khusus pertandingan agar anak-anak terbiasa. Bersyukur bisa berhasil kembali mengulang pencapaian tahun lalu.

Saat melihat undian, seyakin apa sebenarnya ganda putra bisa ciptakan All Indonesian Final?
Herry IP: Jujur, kalau lihat dari undian berat. Babak pertama Fajar/Rian sudah bertemu Korea (Kang Min Hyuk/Seo Seung Jae), walau pertemuan terakhir menang tapi rekornya masih menang-kalah. Lalu Leo/Daniel bertemu Aaron Chia/Soh Wooi Yik (Malaysia) rekor pertemuannya 0-4 sementara Ahsan/Hendra langsung bertemu Pramudya/Yeremia. Kalau menurut saya berat tapi saya cukup terkejut bisa mempertahankan gelar bahkan menciptakan All Indonesian Final. Saya selalu bilang ke anak-anak sebelum memulai latihan di Cipayung, siapapun yang mau juara silahkan, yang penting Indonesia.

Apa yang anda tanamkan ke benak anak-anak asuh anda sehingga mereka selalu tampil all out?
Herry IP: Saya selalu bilang, apa yang akan terjadi di nasib dan karir kamu, kamu tentukan sendiri. Menjadi atlet sudah tugas dan tanggung jawab masing-masing, kamu sudah totalitas di bulutangkis, jangan tanggung, jangan setengah-setengah. Terutama pesan ini saya sampaikan ke pemain-pemain muda. Contohlah seperti Ahsan/Hendra dan Kevin/Marcus yang hitungannya sudah sukses. Sekarang regenerasi ada di kalian.
Aryono: Kami di latihan selalu menanamkan rasa tidak mau kalahnya harus muncul jadi latihan kami cukup kompetitif, itu terbawa ke pertandingan. Di pertandingan juga fighting spirit-nya bagus sekali. Saya selalu katakan ini adalah pekerjaan mereka, profesi mereka jadi curahkan semua pikiran dan kemampuan saat itu.

Bagaimana anda bisa membaca pola permainan lawan dengan cepat lalu memberikan instruksi-instruksi detail saat interval atau jeda antar gim?
Aryono: Sebelum pertandingan pastinya kami menganalisa dulu permainan lawan lewat rekaman video. Nanti itu kadang-kadang berubah saat jalannya pertandingan, di sinilah kami harus jeli melihat perubahan-perubahan itu. Sebenarnya yang harus fokus itu bukan hanya pemain tapi kami juga. Jadi tidak boleh tegang, kalau tegang biasanya tidak bisa berpikir jernih.

Ahsan/Hendra ke final All England dua tahun berturut-turut, menurut anda apa kunci mereka tetap bisa di level atas hingga saat ini?
Herry IP: Menurut saya, mereka sudah mapan, sudah matang dalam segala hal. Tanggung jawab sebagai seorang ayah kepada keluarga, itu yang lebih kuat. Bagaimana mereka harus menafkahi keluarga dan memikul tanggung jawab besarnya itu yang membuat mereka bisa sampai sekarang masih konsisten. Saya sama mereka sekarang sudah seperti saya berbicara ke adik, tidak selalu bicara teknis. Surprise melihat mereka bisa ke final lagi apalagi di perempatfinal dan semifinal pertandingan hidup-mati mereka, bisa lolos itu luar biasa banget.
Aryono: Ahsan/Hendra sangat berpengalaman dan luar biasa saya melihatnya mereka bisa kembali ke final. Pengalaman itu membuat mereka bisa melakukan apa saja dalam satu pertandingan. Ketenangan, fokus dan determinasinya juga masih prima.

Fajar/Rian tahun lalu terhenti di babak 32 besar, tahun ini progress sampai final. Apa perkembangan paling pesat dari Fajar/Rian sejauh ini?
Herry IP: Kalau dari teknis, Fajar/Rian lebih matang dan safe. Penempatan bola dan lain sebagainya. Dulu kan terkenal sering melakukan kesalahan sendiri baik Fajar maupun Rian juga. Kalau dari mental, ya mereka kelihatan lebih percaya diri. Di All England ini kelihatan sedikit goyah saat babak pertama tapi mereka bisa keluar dari tekanan. Dan saya melihat sudah mulai konsisten, dari tahun lalu ke tahun ini walau dikasih tanggung jawab sebagai ujung tombak Indonesia dan pemain ranking satu dunia tapi mereka bisa lepas dari tekanan. Itu perubahan signfikan dari mereka.
Aryono: Fajar itu tipikal pemain yang semuanya dibawa enjoy tapi jiwa tidak mau kalahnya besar. Saat juara di Malaysia Open dan menjadi pemain nomor satu dunia, kepercayaan dirinya naik dan pintar menganalisa permainan. Untuk Rian sekarang dia mulai bisa konsisten permainannya.

*Sinergitas Herry IP dengan Aryono Miranat seperti apa? Hingga bisa membawa ganda putra ke kejayaan?
Herry IP: Saya sama Aryono sudah cukup lama bersama, dari tahun 2001 kalau tidak salah. Sempat pisah sebentar terus balik lagi. Kerjanya sudah kompak, sudah saling percaya. Karakternya juga saya klop, saya senang dengan dia. Aryono bisa mengisi kekurangan saya dan begitu juga sebaliknya.
Aryono: Herry sebagai Head Coach, saya sebagai asisten secara pekerjaan sudah mengerti masing-masing. Kami banyak diskusi dan menganalisa permainan dan nyambung. Kami juga sudah berteman lama jadi sudah klik saja begitu.

All England sudah, tapi di depan mata sudah menanti Race to Olympic, apa pesan anda untuk anak-anak ganda putra menuju ke sana?
Herry IP: Sama-sama kami tanggung bersama. Jangan semua dibebankan ke pemain. Saya, Aryono dan pelatih fisik Yansen (Alpine) juga harus kerja lebih berat lagi untuk mewujudkan target yang lebih berat yang sudah menunggu di depan mata. Fisik dan teknik tidak bisa jalan sendiri-sendiri, harus bersinergi jadi suasana latihan tidak terpaksa. Bebannya bukan beban individu tapi beban bersama, beban tim ganda putra.

Muhaimin