Dan, Handry memang tak pernah berhenti menulis, sehingga karya-karyanya selalu mengalir, bahkan pada saat sakit sekalipun dia tetap berkarya.
“Saya harus fokus menulis. Saya menulis untuk hidup. Saya harus disiplin. Saya harus menghindari gangguan-gangguan, meskipun dengan risiko dibilang sebagai asosial,” katanya.
Banyak cerita-cerita lucu yang dituturkannya, saat teman-teman berkunjung Ketika Handry sakit. Selain menulis, Handry juga berkegiatan dengan menjual barang-barang kebutuhan seperti sabun kesehatan, sirup, dan juga buku-buku secara online.
Handry menuturkan, suatu saat menjelang bulan puasa, dia memesan sirup markisa dari Makassar untuk dijual. Kebetulan yang memesan memang sudah banyak. Saat itu dia sudah sakit dan harus menjalani cuci darah.
Ketika sirup itu datang, sang istri Ninik Suwarni, meminum sirup itu. Sedangkan Handry, untuk konsumsi air sangat dibatasi.
“Dia kan tahu saya tidak boleh minum, tetapi di depan saya dia minum es sirup tampak segar sekali. Aku kan marah,” tuturnya sambil tertawa yang disambut tawa istrinya juga.
Handry meninggalkan seorang istri Ninik Suwarni dan dua anak Ezza dan Ozza. Selamat jalan Mas Handry Tm.
wied