blank
Sebanyak 14 pengurus BUMDes Wadas, saat belajar pengelolaan dan pengembangan wisata di Kebun Buah Mangunan di Kabupaten Bantul. Foto: bumdes

PURWOREJO (SUARABARU.ID)– Desa Wadas di Kecamatan Bener, Kabupaten Purworejo, yang sempat viral akibat pro kontra terkait rencana penambangan batu andesit, kini bersiap menyongsong kemajuan.

Hal itu dimulai, dari studi banding yang dilakukan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Sido Makmur Wadas, di empat desa sekaligus.

Sebanyak 14 pengurus BUMDes Wadas, belajar pengelolaan dan pengembangan ke Umbul Nglanggeran di Patuk Gunung Kidul, Tebing Breksi di Prambanan, Kebun Buah Mangunan dan BUMDes Panggung Lestari di Bantul. Studi banding itu berlangsung pada Sabtu-Minggu (21-22/1/2023).

BACA JUGA: Penyandang Disabilitas di Blora Senang Mendapat Bantuan Sarana Modifikasi Motor Roda 3 dari Polres

Direktur BUMDes Wadas, Fuad Rofik mengatakan, studi banding ini dimaksudkan, untuk memelajari kunci keberhasilan BUMDes di wilayah lain. ”Kami menyongsong kemajuan desa kami. Salah satunya dengan mengembangkan BUMDes,” ujar dia dalam keterangannya awal pekan ini.

Menurutnya, BUMDes adalah wadah usaha bagi masyarakat desa, yang kepemilikan mayoritas warga diwakili pemerintahan desa. Oleh karena itu, upaya peningkatan kesejahteraan warga terdampak akibat proyek penambangan batu andesit yang akan digunakan sebagai pondasi Bendungan Bener, harus dikawal kelembagaan ekonomi desa. Dalam hal ini BUMDes Sido Makmur.

Selain menjalankan fungsi usaha, BUMDes juga menjalankan fungsi sosial dan politiknya, ketika berhadapan dengan proyek berskala besar. Dia mengungkapkan, saat berdialog dan negosiasi dengan Gubenur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, serta dari pihak BBWS Serayu-Opak, pihaknya juga minta agar BUMDes dilibatkan dalam pelaksanaan sekaligus pengawasan.

BACA JUGA: Kepala Desa Diminta Laporkan Kemiskinan Ekstrem tiap Pekan

”Melalui BUMDes, kami bisa terlibat dalam pengawasan mengenai penambangan batu andesit, yang awalnya kami tolak,” tegasnya.

Nantinya pihaknya akan merancang master plan agrowisata pascapenambangan. Selain ada green belt, nantinya juga akan ada embung di puncak bekas tambang. Dia membayangkan, master plan itu adalah wisata agro, di mana embung di puncak untuk mengairi pertanian di sekitar lokasi.

Diharapkannya, keseriusan BUMDes berbanding lurus dengan perhatian sejumlah pihak, terutama Gubernur Ganjar. ”Ini membuktikan kami serius. Gubernur juga harus serius dalam hal memberikan perhatian pada niat kami,” pintanya.

BACA JUGA: SIG Sukses Uji Coba Aplikasi Beton Cepat Kering di Ruas Karangawen Jalan Raya Semarang-Godong

Sementara itu, Kepala Desa Wadas, Fahri Setianto menambahkan, proyek strategis Nasional akan membawa perubahan besar bagi desanya.

Menurut dia, desa yang dipimpinnya akan mengalami perubahan besar, baik secara lanskap, ekonomi, dan sosial budayanya, akibat proyek ini. Oleh karena itu, pihaknya harus bisa meminimalisasi dampak negatif dan memperbesar dampak positifnya.

”Dampak positif dalam hal ini, harus bisa jadi alat kesejahteraan bagi warga Desa Wadas. Untuk itu, kami butuh belajar dari wilayah lain yang sudah sukses,” ucap dia.

BACA JUGA: Bupati Grobogan Potong Rambut Gondrong Kades Viral Demo Masa Jabatan 9 Tahun

Upaya studi banding itu, ungkapnya, tidak lepas dari dorongan Ganjar. Gubenur, imbuhnya, juga berkomitmen meningkatkan kapasitas pengurus dan kelembagaan BUMDes. Selain itu juga, bantuan modal.

Sedangkan Kepala Badan Pertanahan Nasional (BPN) Kabupaten Purworejo, Andri Kristanto menyampaikan, situasi dan kondisi di Desa Wadas kian kondusif. Pengukuran lahan tahap tiga sudah mulai dilakukan. Dari target 617 bidang, kini tinggal delapan bidang saja.

”Hal ini tercapai, karena pendekatan dialogis dan langsung pada titik masalah dilakukan gubernur. Tak kurang sudah lima kali terjadi dialog antara gubernur dengan kelompok warga,” tuturnya.

Hingga saat ini, pihaknya masih melakukan pendekatan terhadap warga pemilik delapn bidang yang tersisa. ”Kami pastikan tidak ada paksaan. Pendekatan masih terus kami lakukan,” tandasnya.

Riyan