blank
Ganjar saat menyalakan kompor milik salah satu warga, yang memanfaatkan EBT, yang kini gencar dikembangkan Pemprov Jateng. Foto: hms

Kedua, lanjut Suwarno, pengembangan EBT juga dilakukan dengan pemakaian bahan bakar alternatif, seperti biomassa. Selain ramah lingkungan, juga bersih emisi dan lebih murah ketimbang bahan bakar lain, semisal gas dan minyak.

”Yang tak kalah pentingnya adalah, konservasi air. Di sini masa depan penting, sehingga PT Djarum menerapkan panel air dengan pembuatan pond di lokasi Oasis. Ini akan mengurangi pemakaian air bawah tanah. Kalau itu diaplikasikan dengan sungguh-sungguh, akan memberikan kontribusi lingkungan yang sangat besar,” paparnya.

Sejauh ini, beber Suwarno, PT Djarum bersinergi dengan Pemprov Jateng, untuk menjaga lingkungan. Beberapa even Djarum, seperti penanaman pohon dan lainnya, merupakan kerja sama dengan pemprov.

BACA JUGA: Forkommas RI Berbagi Peduli Galang Donasi untuk Korban Banjir Kota Semarang

Sedangkan Direktur Eksekutif IESR, Febby Tumiwa, mengungkapkan, pengembangan EBT di Indonesia tidak bisa dilakukan tanpa ada komitmen kuat dari pemerintah pusat dan daerah. Dan Jateng, di masa kepemimpinan Ganjar Pranowo, telah berkomitmen penuh terkait dengan hal itu.

”Komitmen Jateng dalam pengembangan EBT sangatlah kuat. Ini terbukti, bagaimana Jateng merencanakan pembangunan energi di daerahnya, dan di RPJMD-nya yang konsentrasi pada EBT. Ini pelajaran penting bagi daerah lain di Indonesia, dan harus dicontoh,” katanya.

Selain itu, Jateng mengalokasikan anggaran untuk mendukung pengembangan EBT, yang di daerah lain belum banyak melakukan itu. ”Kami berharap, daerah lain juga bisa mencontoh Jateng, bagaimana mengembangkan EBT, serta memobilisasi peran masyarakat,” tegasnya.

BACA JUGA: Warga Dikejutkan Ledakan dari Sebuah Rumah yang Diduga Tempat Penyimpanan Bahan Kimia di Pedurungan Semarang

Di tataran teknis, Jateng, lanjut Febby, sudah melakukan pengembangan EBT dengan energi surya. Banyak gedung-gedung pemerintahan yang sudah memasang PLTS Atap, untuk tenaga surya. Seperti rumah sakit, tempat pelayanan sosial dan lainnya.

Pada 2019, PLTS Atap di Jateng sebesar 0,15 MWp, dan pada 2021 sudah meningkat menjadi 12,1 MWp.

Selain PLTS Atap, Jateng juga sudah mengembangkan pembangkit listrik dari gas rawa, gas metan, tenaga air dan lainnya. ”Kalau ini bisa diterapkan di daerah lain juga, tentu akan sangat luar biasa,” tandasnya.

Riyan