blank

Oleh : Choifah

Kunci keberhasilan setiap individu terdapat pada tingkat pendidikannya. Karena itu guru sebagai pendidik harus mampu mengembangkan diri dan peserta didiknya sebagai individu yang utuh, sebagai anggota masyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Pengembangan terhadap diri dimulai dari kemampuan mengenal diri sendiri, masyarakat, negara, dan bangsanya. Selanjutnya terdapat kemampuan yang diperlukan dalam proses pengembangan diri yaitu kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik.

Minat dan kemauan belajar setiap individu sebagai langkah awal yang harus ada dan dapat dibentuk dalam proses keberhasilan pencapaian pengembangan ilmu pengetahuan.

Hal itu sesuai dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 menjelaskan bahwa yang dimaksud pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Maka dari itu diperlukan kreativitas dan inovasi guru sebagai pendidik dalam mengupayakan kegiatan pembelajaran yang dapat menumbuhkan minat dan kemauan belajar peserta didik.

Pemilihan Model

Pemilihan model belajar dapat dilakukan oleh guru agar minat dan kemauan belajar murid tumbuh. Banyak model pembelajaran yang dapat dipilih dan dikreasikan guru. Adakalanya model pembelajaran yang hanya memiliki satu arah, artinya guru hanya meneruskan pengetahuan yang dimilikinya kepada peserta didik tanpa adanya interaksi antara guru dan peserta didik.

Model pembelajaran satu arah selain tidak adanya interaksi antar peserta didik, model tersebut hanya berfokus pada penyampaian pengetahuan kognitif dengan tujuan peserta didik dapat menjawab saat tes dan ujian sekolah dengan nilai yang baik dengan melupakan aspek afektif dan psikomotorik peserta didik. Oleh karena itu diperlukan model pembelajaran lain, agar tercipta interaksi antara guru dengan peserta didik dan juga interaksi antar peserta didik.

Model Pembelajaran Kolaboratf

Salah satu upaya agar terjadi interaksi antara guru dan peserta didik dan antar peserta didik yaitu model pembelajaran kolaboratif. Sebagaimana ungkapan Ted Panitz (1996) pada sebuah artikel yang menjelaskan bahwa pembelajaran kolaboratif adalah suatu filsafat personal dan tidak sekadar teknik pembelajaran, namun sebagai filsafat interaksi dan gaya hidup yang menjadikan kerja sama sebagai suatu struktur interaksi yang dirancang sedemikian rupa guna memudahkan usaha kolektif untuk mencapai tujuan bersama.

Pada setiap keadaan apabila terdapat sejumlah orang berkumpul dalam suatu kelompok, maka akan terbentuk kolaborasi pada kelompoknya untuk saling menghormati, menghargai, dan melengkapi satu sama lain. Hal utama yang mendasar pada model pembelajaran kolaboratif yaitu terbentuknya kerjasama pada setiap anggota pada kelompok dan tidak adanya sikap saling mengunggulkan diri sehingga tidak adanya rasa saling kompetisi karena memiliki tujuan bersama.

Model pembelajaran kolaboratif bukan teknik pembelajaran dengan tujuan mengurangi tugas guru dengan cara mengalihkan kepada peserta didik. Namun model pembelajaran kolaboratif ini memiliki tujuan agar peserta didik dapat saling  bekerjasama, saling membina, saling belajar, saling berubah ke kebenaran bersama, dan berkembang bersama dalam mencapai tujuan belajar yang ingin dicapai.

Kerjasama merupakan salah satu kemampuan yang dibutuhkan setiap individu sebagai makhluk sosial. Apabila peserta didik dapat bekerjasama dengan temannya di dalam kelas, maka dikemudian hari mereka akan dapat bekerjasama di lingkungan masyarakat, bangsa, dan negaranya.

Model pembelajaran kolaboratif juga mengajarkan peserta didik untuk dapat dengan mudah berinteraksi satu sama lain dalam sebuah kelompoknya yang berbeda-beda pola pikirnya, hal itu bermanfaat baginya saat bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara kelak. Pembelajaran kolaboratif juga mengajarkan tanggung jawab atas hasil pemikiran bersama yang harus dipertanggung jawabkan.

Keunggulan Model Pembelajaran Kolaboratif

Selain manfaat-manfaat yang tertulis diatas, ada juga keunggulan-keunggulan yang diperoleh dari model pembelajaran kolaboratif. Keunggulan pembelajaran model kolaboratif disampaikan oleh Hill & Hill (1993) keunggulan-keunggulannya yaitu 1. Prestasi belajar lebih tinggi, 2. Pemahaman lebih mendalam, 3. Belajar lebih menyenangkan, 4. Mengembangkan keterampilan kepemimpinan, 5. Meningkatkan sikap positif, 6. Meningkatkan harga dir,i 7. Belajar secara inklusif, 8. Merasa saling memiliki, 9. Mengembangkan keterampilan masa depan.

Model pembelajaran kolaboratif juga dapat pula dijadikan sebuah alat untuk menanamkan kebiasaan (habits) untuk memahami apa yang dipelajari, sikap ingin melakukan sesuatu, dan keterampilan bagaimana melakukan sesuatu.

Macam-macam Model  Pembelajaran Kolaboratif

Ada bermacam-macam metode pembelajaran kolaboratif yang dapat dipilih oleh guru untuk digunakan pada proses pembelajarannya. Terdapat sepuluh macam metode pembelajaran kolaboratif yang dikembangkan  para ahli maupun praktisi pendidikan yang diungkapkan oleh Student Team Learning pada John Hopkins University, metode pembelajarannya sebagai berikut :

  1. Learning Together, dalam metode ini kelompok-kelompok sekelas beranggotakan peserta didik yang beragam kemampuannya. Tiap kelompok bekerjasama untuk menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru. Satu kelompok hanya menerima dan mengerjakan satu set lembar tugas. Penilaian didasarkan pada hasil kerja kelompok.
  2. Teams-Games-Tournament (TGT), setelah belajar bersama kelompoknya sendiri, para anggota suatu kelompok akan berlomba dengan anggota kelompok lain sesuai dengan tingkat kemampuan masing-masing. Penilaian didasarkan pada jumlah nilai yang diperoleh kelompok.
  3. Group Investigation (GI), semua anggota kelompok dituntut untuk merencanakan suatu penelitian beserta perencanaan pemecahan masalah yang dihadapi. Kelompok menentukan apa saja yang akan dikerjakan dan siapa saja yang akan melaksanakannya berikut bagaimana perencanaan penyajiannya di depan forum kelas. Penilaian didasarkan pada proses dan hasil kerja kelompok.
  4. Academic-Constructive Controversy (AC), setiap anggota kelompok dituntut kemampuannya untuk berada dalam situasi konflik intelektual yang dikembangkan berdasarkan hasil belajar masing-masing, baik bersama anggota sekelompok maupun dengan anggota kelompok lain. Kegiatan pembelajaran ini mengutamakan pencapaian dan pengembangan kualitas pemecahan masalah, pemikiran kritis, pertimbangan, hubungan antarpribadi, kesehatan psikis dan keselarasan. Penilaian didasarkan pada kemampuan setiap anggota maupun kelompok mempertahankan posisi yang dipilihnya.
  5. Jigsaw Proscedure (JP), dalam bentuk pembelajaran ini, anggota suatu kelompok diberi tugas yang berbeda-beda tentang suatu pokok bahasan. Agar setiap anggota dapat memahami keseluruhan pokok bahasan, tes diberikan dengan materi yang menyeluruh. Penilaian didasarkan pada ratarata skor tes kelompok.
  6. Student Team Achievement Divisions (STAD), peserta didik dalam suatu kelas dibagi menjadi beberapa kelompok kecil. Anggota-anggota dalam setiap kelompok saling belajar dan membelajarkan sesamanya. Fokusnya adalah keberhasilan seorang akan berpengaruh terhadap keberhasilan kelompok dan demikian pula keberhasilan kelompok akan berpengaruh terhadap keberhasilan individu peserta didik. Penilaian didasarkan pada pencapaian hasil belajar individual maupun kelompok.
  7. Complex Instruction (CI), metode pembelajaran ini menekankan pelaksanaan suatu proyek yang berorientasi pada penemuan, khususnya dalam bidang sains, matematika dan pengetahuan sosial. Fokusnya adalah menumbuhkembangkan ketertarikan semua anggota kelompok terhadap pokok bahasan. Metode ini umumnya digunakan dalam pembelajaran yang bersifat bilingual (menggunakan dua bahasa) dan di antara para peserta didik yang sangat heterogen. Penilaian didasarkan pada proses dan hasil kerja kelompok.
  8. Team Accelerated Instruction (TAI). Bentuk pembelajaran ini merupakan kombinasi antara pembelajaran kooperatif/ kolaboratif dengan pembelajaran individual. Secara bertahap, setiap anggota kelompok diberi soal-soal yang harus mereka kerjakan sendiri terlebih dulu. Setelah itu dilaksanakan penilaian bersama-sama dalam kelompok. Jika soal tahap pertama telah diselesaikan dengan benar, setiap peserta didik mengerjakan soalsoal tahap berikutnya. Namun jika peserta didik belum dapat menyelesaikan soal tahap pertama dengan benar, ia harus menyelesaikan soal lain pada tahap yang sama. Setiap tahapan soal disusun berdasarkan tingkat kesukaran soal. Penilaian didasarkan pada hasil belajar individual maupun kelompok.
  9. Cooperative Learning Stuctures (CLS), dalam pembelajaran ini setiap kelompok dibentuk dengan anggota dua peserta didik (berpasangan). Peserta didik bertindak sebagai tutor dan yang lain menjadi tutee. Tutor mengajukan pertanyaan yang harus dijawab oleh tutee. Bila jawaban tutee benar, ia memperoleh poin atau skor yang telah ditetapkan terlebih dulu. Dalam selang waktu yang juga telah ditetapkan sebelumnya, kedua peserta didik yang saling berpasangan itu berganti peran.
  10. Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC). Metode pembelajaran ini mirip dengan TAI. Sesuai namanya, model pembelajaran ini menekankan pembelajaran membaca, menulis, dan tata bahasa. Dalam pembelajaran ini, setiap peserta didik saling menilai kemampuan membaca, menulis, dan tata bahasa, baik secara tertulis maupun lisan di dalam kelompoknya.

Slavin (1995) menyampaikan ada beberapa karakteristik model pembelajaran kolaboratif. Adapun karakteristiknya yaitu: (1) tujuan kelompok (group goals); (2) tanggung jawab individual (individual accountability); (3) kesempatan yang sama untuk menapai keberhasilan (equal opportunities for success); (4) kompetisi antar kelompok (team competition); (5) pengkhususan tugas (task specialization); dan (6) adaptasi terhadap kebutuhan-kebutuhan individu (adaptation to individual needs).

Langkah-langkah

Setiap model pembelajaran memiliki langkah-langkah, begitu juga pada model pembelajaran kolaboratif. Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut: 1. Setiap peserta didik dalam kelompok menetapkan tujuan belajar dan membagi tugas sendiri-sendiri; 2. Setiap peserta didik dalam kelompok membaca, berdiskusi, dan menulis; 3. Kelompok kolaboratif bekerja secara bersinergi mengidentifikasi, mendemontrasikan, meneliti, menganalisis, dan memformulasikan jawaban-jawaban tugas atau masalah dalam LKS atau masalah yang ditemukan sendiri; 4. Setelah kelompok kolaboratif menyepakati hasil pemecahan masalah, masing-masing peserta didik menulis laporan sendiri-sendiri secara lengkap; 5. Guru menunjuk salah satu kelompok secara acak (selanjutnya diupayakan agar semua kelompok dapat giliran ke depan) untuk melakukan presentasi hasil diskusi kelompok kolaboratifnya di depan kelas, peserta didik pada kelompok lain mengamati, mencermati, membandingkan hasil presentasi tersebut, dan menanggapi. Kegiatan ini dilakukan selama lebih kurang 20-30 menit; 6. Masing-masing peserta didik dalam kelompok kolaboratif melakukan elaborasi, inferensi, dan revisi (bila diperlukan) terhadap laporan yang akan dikumpulan; 7. Laporan masing-masing siswa terhadap tugas-tugas yang telah dikumpulkan, disusun perkelompok kolaboratif; 8. Laporan siswa dikoreksi, dikomentari, dinilai, dikembalikan pada pertemuan berikutnya, dan didiskusikan.

Model Pembelajaran kolaboratif menjadi salah satu model  pembelajaran yang dapat dipilih guru dalam menjalankan proses pembelajaran. Model pembelajaran kolaboratif ini memiliki langkah-langkah yang mudah untuk diaplikasikan, selain itu metode pada model pembelajaran kolaboratif sangat beragam sehingga guru dapat memilihnya.

Manfaat

Manfaat dan tujuan yang dimiliki model pembelajaran memberikan dampak positif bagi peserta didik dalam membentuk sikap kolaborasi bersama teman sekelompoknya, sehingga kedepannya dapat tertanam sikap saling menghargai, membantu, gotongroyong, dan kerjasama dalam berkeluarga, bermasyarakat, dan bernegara. Manfaat lain dari model pembelajaran kolaboratif diterapkan di sekolah dengan tujuan mencapai cita-cita pendidikan dan menyiapkan peserta didik menjalani masa depan, yaitu: 1. pengakuan adanya perbedaan pada setiap peserta didik, 2. pengakuan secara individual, 3. Menumbuhkan rasa tanggung jawab, 4. mengembangkan kerja sama untuk mencapai tujuan bersama, 5. saling membantu dan memahami persoalan-persoalan yang dihadapi dan menemukan penyelesaiannya, 6. memberikan respon positif terhadap pihak lain, 7. berkembangnya kesamaan pandangan dalam kerja kolaborasi, 8. adanya rasa saling memberi dan menerima satu sama lain.

Pernulis adalah Guru Madrasah Aliyah Walisongo, Pecangaan