blank
Ilustrasi. Fot: Dok
blank
Ira Alia Maerani

Oleh: Ira Alia Maerani

HARI IBU yang diperingati setiap tanggal 22 Desember menjadi momen memperteguh kembali peranan ibu dalam tata kehidupan manusia dalam berkeluarga, bermasyarakat dan bernegara. Ibu sebagai makhluk ciptaan Allah Sang Mahapengasih dan Mahapenyayang mewarisi rasa sayang dan kasih dalam setiap tindak tanduknya.

Maka, di dalam rahim ibu tumbuh janin manusia. Allah mengendalikan perkembangan anak mansuia dalam rahim ibu. Allah yang Mahatahu pasti mengetahui secara detil perkembangan itu. Sebagaimana firman-Nya dalam surat Al Imron Ayat 5-6.

Seorang ibu tidak tahu janin yang berada dalam rahimnya. Bentuk matanya, telinganya, berkulit putih atau sawo matang. Ibu juga tidak tahu apakah anaknya akan lahir fisiknya secara sempurna organ tubuhnya atau cacat?  Gendernya laki-laki atau perempuan?

Meski teknologi saat ini sudah mampu melihat  jenis kelamin janin, akan tetapi tidak menutup kemungkinan teknologi buatan manusia ini tidak sesuai dengan prediksi. Sejatinya, Allah mengetahui secara detil akan makhluk ciptaan-Nya.

“Allah mengetahui isi kandungan  setiap perempuan, baik kandungan yang kurang maupun berlebih. Dan segala sesuatu dengan-Nya adalah berdasarkan ukuran.” (Q.S. Ar Ra’d Ayat 8).

Ketidaktahuan ibu akan kondisi janin yang berada dalam rahimnya tidak membuat ibu kehilangan rasa kasih dan sayangnya. Dengan penuh kasih sayang dalam balutan do’a dilafalkan setiap saat untuk buah hati tercinta.

“Dan Allah mengeluarkanmu dari perut ibumu, dalam keadaan belum mengetahui apa-apa, lalu diberi-Nya pendengaran, penglihatan dan hati, semoga kamu mensyukuri-Nya.” (Q.S. An-Nahl: 78).

Lantunan doa ibu terus mengalir hingga ananda lahir. Perjuangan lahir dan batin seorang ibu inilah yang membuat seorang manusia harus berpikir ulang ketika abai terhadap nasihat dan doa sang ibunda.

Sedekah ibu untuk ananda tercinta pun amat bernilai. Sedekah ibu untuk kelapangan ilmu, rezeki, amal sholih ananda. Teriring wirid untuk ananda.  Melanjutkan tausyiah Ibu Hj. Dyah Rachmawati dalam pengajian rutin bulanan Ikatan Isteri Karyawan dan Karyawati UNISSULA (IIKKU),”Wirid  terbaik adalah Al Qur’an” (Rabu, 21/12/2022) di gedung Biro Rektor UNISSULA, Jl. Raya Kaligawe KM. 4 Semarang.

Peran ibu dalam bermasyarakat diwarnai dengan keaktifan dalam majelis ilmu, majelis dzikir dan majelis wirid. Bersilaturahmi dengan keluarga, tetangga, dan kerabat. Dalam kesempatan tersebut Ibu Dyah Rachmawati menyampaikan bahwa bermuamalah dengan tetangga bernilai pahala puasa 70 tahun.

Majelis dzikir diisi dengan bacaan ayat-ayat suci AL Qur’an. Seperti membaca surat Ar Rohman dan Al Waqi’ah seusai sholat subuh; Surat Yasin dan Ad Dukhan seusai sholat Ashar; dan membaca surat Al Mulk dan As Sajadah seusai sholat Isya.

Ibu adalah madrasah pertama bagi anak-anaknya (Al Ummu Madrosah Al Ula) dimana sosok ibu berperan dalam menanamkan nilai-nilai, norma sekaligus teladan dalam bersikap dalam kehidupan berumah tangga, bermasyarakat, dan bernegara. Peran ibu dalam kehidupan bernegara amat penting sehingga menjadi negara yang bermartabat dan berdedikasi tanpa korupsi dengan hidup sederhana, dan qona’ah (bersyukur atas segala nikmat) yang diterima.

Ketua IIKKU, Dra. Hj. Ida Rahmawati, membuka kegiatan pengajian sekaligus berbagai kegiatan lainnya seperti pengumuman lomba dalam rangka memperingati Hari Ibu.

Dr. Ira Alia Maerani, dosen Fakultas Hukum UNISSULA