blank
Rombongan KONI Jateng yang melakukan studi banding di Bandung, berfoto bersama sejumlah pengurus KONI Jabar, di kantor setempat, Jalan Pajajaran, Bandung. Foto: koni jateng

BANDUNG (SUARABARU.ID)– Ketua Umum KONI Jawa Barat, Ahmad Saefudin mengakui, peran media massa dalam pembinaan olahraga sangat besar. Namun demikian, dia justru meminta agar dalam pemberitaan tidak hanya mengangkat hal-hal yang baik tetapi juga kritikan, untuk perbaikan jika ada yang dianggap tidak pas.

”Kami tidak harus diberitakan apalagi dipuji, karena sudah menjadi konsekuensi pengurus KONI adalah, melakukan pembinaan kepada atlet. Kami justru butuh kritikan yang membangun,” kata Saefudin, pada acara studi banding KONI Jawa Tengah ke Jabar di Bandung, Selasa (13/12/2022).

Lebih lanjut, purnawirawan jenderal TNI berbintang satu ini menjelaskan, tentang fungsi Media dan Humas dalam KONI, yakni ada tiga. Pertama pertanggungjawaban kepada publik, kedua strategi untuk mendapat informasi, dan ketiga corong bagi ketua umum. ”Corong di sini jangan diartikan hanya memberitakan yang baik-baik saja,” ujar dia.

BACA JUGA: Mbak Ita Sebut Semarang 10 K Sukses Melebihi Ekspektas

Pihaknya juga secara berkala, mengadakan konferensi pers, untuk memberitakan aktivitas KONI, sebagai pertanggungjawaban kepada masyarakat. ”Jadi media massa merupakan partner dalam pembinaan olahraga,” imbuhnya.

Saefudin menyebut, prestasi yang diraihnya tidak datang tiba-tiba, namun melalui proses yang panjang. ”Prestasi atlet harus lewat pembinaan. Saya sangat menentang prestasi dengan cara membeli atlet,” jelas dia.

Diungkapkannya, modal utama untuk pencapaian prestasi adalah atlet. Karena itu, pihaknya menempatkan atlet dalam status VVIP. Artinya, atlet potensial harus difasilitasi kebutuhannya, agar nyaman dalam berlatih. ”Kita perlakukan mereka seperti anak kita. Bahkan kadang lebih,” tutur dia lagi.

BACA JUGA: Lima Rekomendasi Olahraga yang Bisa Dilakukan Saat Musim Hujan Datang

Salah satu strategi dari pengelolaan atlet yang dilakukannya yakni pendidikan. Para atlet Jabar wajib kuliah dan lulus S1, baik lewat perguruan tinggi negeri maupun swasta. Mereka juga didorong untuk melanjutkan ke jenjang S2 bahkan S3.

”Bonus yang berapa pun besarnya akan habis. Tetapi kalau pendidikan, akan menjadi bekal masa depan bahkan kebanggaan,” jelasnya.

Disamping itu, keberhasilan suatu daerah dalam mencapai prestasi adalah sport intelegence. Dengan data intelegensi itu, pihaknya bisa mengetahui kekuatan calon lawan. ”Kalau kita tidak bisa mengetahui kekuatan lawan, bagaimana kita bisa memprogram latihan dengan baik?” ungkapnya.

BACA JUGA: Menpora: Prestasi Olahraga Indonesia Harus Murni Tanpa Doping

Sementara itu, KONI Jateng di bawah pimpinan Plt Ketua Umum Bambang Raharjo Munajat, menyampaikan, studi banding ini dilakukan selama empat hari, Selasa-Jumat (13-16/12/2022).

Dalam rombongan KONI Jateng ada juga anggota Komisi E DPRD Jateng Umar Utoyo, Kabid Keolahragaan Disporapar Aria Chandra Destianto, dan Purdianto, kemudian Wakil Ketua Umum III Harry Nuryanto, Sekretaris Umum Ahmad Ris Ediyanto, Wakil Sekretaris Umum Siswo Abadi.

Ada juga Wakil Bendahara Sri Busono, BAI Adeng Sudarwanto, Kabid Hukum Ali Purnomo, Kabid Litbang Mugiyo Hartono, Kabid Pulahta M Fatchurrahman Bagus, Kabid Media-Humas Darjo Soyat, Kabid MSDD Henry Pelupesi, Kabid Kerja sama Antarlembaga Erikda Ucok Hindratmo, Henri Pelupesi serta pengurus lain Agus Supriyadi dan Uen Hartiwan.

BACA JUGA: Pekan Olahraga dan Seni Antarpesantren IX Ditutup dengan Istigosah

Bambang sendiri menyatakan, pihaknya perlu menimba ilmu ke Jabar, karena terbukti mereka mampu menjadi juara umum PON 2016 dengan perolehan 217 medali emas dan mempertahankan gelar juara umum pada PON 2021 di Papua dengan perolehan 133 medali emas.

”Disamping secara geografis dekat, Jabar terbukti merupakan provinsi dengan pola pembinaan terbaik di Tanah Air. Jadi kami ingin belajar dari Jabar,” tegas Bambang.

Riyan