DALAM beberapa dekade silam, semenanjung Arab telah dikenal dengan negara-negara penghasil minyak bumi terbaik di dunia salah satunya adalah Qatar. Qatar yang saat ini sedang menjadi tuan rumah Piala Dunia gelaran final ke-22, dikenal dengan negara terkaya di kawasan Asia Barat bahkan terkaya di dunia.
Tidak seperti kebanyakan negara Timur Tengah yang kerap mengalami instabilitas kawasan akibat konflik, sebaliknya Qatar justru memiliki lingkungan yang nyaman, makroekonomi yang sangat stabil, pasar yang efisien, birokrasi dan kelembagaan yang berkualitas dan terintegrasi.
Di Qatar tingkat korupsi sangat rendah dan memiliki keamanan yang cukup baik meskipun tidak memiliki militer yang besar dan kuat.
Bak negeri dongeng Qatar mampu menyulap padang gurun pasir yang tandus menjadi kawasan kota yang megah. Kekayaan Qatar mulai terlihat ketika negara tersebut menemukan minyak dan Liquified Natural Gas (LNG) tidak tanggung-tanggung negara yang hanya seluas 11.571 km2 tersebut mampu memiliki cadangan minyak sebesar 25,2 miliar barel dan cadangan gas alam sebesar 24,7 triliun meter kubik pada tahun 2019. Hal inilah yang mendorong lonjakan pertumbuhan ekonomi Qatar yang terus melesat.
Dari hasil perdagangan minyak tersebut, Qatar mampu memiliki GDP yang mencapai 183,335 miliar USD pada tahun 2018. Namun, setelah dunia digemparkan dengan penyebaran covid-19 dampak tersebut juga dialami oleh Qatar yang menyebabkan GDP Qatar mengalami penurunan mencapai 175,838 miliar USD.
Meskipun demikian, dibandingkan dengan negara semenanjung Arab yang lainnya, GDP Qatar masih dalam kategori tinggi. Sedangkan untuk GDP per kapita mencapai 65,908,07 USD pada tahun 2018 dan terjadi penurunan di tahun berikutnya yang hanya mencapai 62,088,06 USD akibat dampak dari pandemi Covid-19.
Keberhasilan Qatar bangkit dari dampak pandemi ini, bisa dilihat sebagai bukti bahwa Qatar merupakan salah satu negara yang powerfull dibandingkan negara lain. Contoh lain bisa dilihat ketika terjadi blokade dan embargo pada Qatar di tahun 2017 lalu.
Peristiwa ini dilatarbelakangi dengan tuduhan Arab Saudi bahwa Qatar mendukung gerakan terorisme khususnya Ukhuwah Islamiyah yang menyebabkan empat negara berpengaruh memutuskan hubungan diplomatik dan perdagangan seperti Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Bahrain dan Mesir.
Meskipun sempat mengalami krisis akibat sanksi embargo kurang lebih setahun, lagi-lagi Qatar mampu mengatasi permasalahan tersebut dengan strategi politik luar negeri yang baik dan didukung dengan investasi luar negeri yang mumpuni. Selama, di embargo Qatar mulai mendekati Iran dan Turki termasuk AS sebagai mitra yang potensial.
Di sisi lain, Qatar juga memiliki bidang pendidikan yang sangat baik. Pendidikan di Qatar menjadi pendidikan yang terbaik di dunia digadang-gadang setara dengan pendidikan di Finlandia dan Jepang. Dalam hal ini pemerintah Qatar menggratiskan setiap warganya untuk mengenyam pendidikan di dalam maupun luar negeri. Biaya tersebut diberikan langsung oleh pemerintah Qatar untuk memenuhi semua kebutuhan warganya sehingga angka anak-anak putus sekolah di sana terbilang sangat rendah.
Warga Qatar menjadikan pendidikan sebagai prioritas utama sebagai investasi masa depan bangsanya. Hal ini juga didukung oleh pemerintah Qatar melalui Qatar Foundation untuk membangun Education City. Berbekal dengan teknologi yang modern, Education City dibangun sedemikian rupa, infrastruktur megah dan memiliki fasilitas pendidikan yang lengkap mulai pusat riset dan laboratorium yang modern.
Di kawasan Education City juga dibangun stadion yang unik sebagai fasilitas untuk menyambut persiapan Piala Dunia pada tahun 2022 yang mana Qatar merupakan tuan rumahnya.
Selain pendidikan, fasilitas lain juga disediakan pemerintah untuk warga negaranya seperti fasilitas kesehatan yang dapat diakses secara gratis. Dengan adanya fasilitas kesehatan yang gratis ini menjadikan angka harapan hidup di sana jauh lebih tinggi daripada angka kematian.