SOLO (SUARABARU.ID) – Event kreatif bertajuk Belajar Bersama di Museum Radya Pusataka Surakarta, digelar oleh Tim Dosen ISI Surakarta. Diikuti para siswa dari SMAN 6, SMKN 6, dan SMKN 7 Solo.
Workshop ini, digelar dalam ikut memperingati Hari Sumpah Pemuda Ke-94 dan HUT Ke-132 Museum Radya Pustaka. Memparkan tentang karya motion graphic Wayang Beber oleh Dosen ISI Surakarta, Basnendar Herry Prilosadoso SSn, MDs. Juga disampaikan materi sekilas sejarah Wayang Beber oleh Rendya Adi Kurniawan MSn.
Tujuannya, untuk memberi edukasi kepada siswa sebagai generasi milenial. Gelaran ini dilanjutkan sesi tentang bagaimana proses dan teknik ilustrasi karakter cerita Jaka Kembang Kuning ke dalam media cerita bergambar oleh Indriati Suci Pravitasari MSn. Juga teknis ilustrasi karakter wayang dalam Pawukon Horoskop Jawa oleh M Harun Rosyid Ridlo MSn.
Keempat narasumber tersebut adalah Dosen Prodi DKV (Desain Komunikasi Visual) FSRD (Fakultas Seni Rupa Desain) ISI (Institut Seni Indonesia) Surakarta.
Panji Asmarabangun
Kegiatan ini, diawali sambutan oleh Kepala UPT Museum Pemkot Surakarta, Luthfi Khamid SS. Yang dilanjutkan pemaparan dan penayangan karya hasil riset animasi motion graphic kisah Jaka Kembang Kuning yang mengambil cerita Wayang Beber Pacitan.
Sejumlah siswa, tertarik dengan karakter Panji Asmarabangun yang dipajang di ruang koleksi Museum Radya Pustaka. Bersanding dengan penelitian cerita bergambar Jaka Kembang Kuning yang kesemuanya sudah mendapat sertifikat hak cipta.
Kesya Exnensi Pritama, siswa Kelas 10 SMK N 6 Surakarta, bersama sekitar 30 pelajar lainnya, antusias menggambar tokoh wayang. Dia senang mendapatkan pengalaman baru bisa beraktivitas setelah beberapa lama terdampak pandemi.
Soemarni Wijayanti, salah satu panitia yang juga staf Museum Radyapustaka, menjelaskan, kegiatan ini dirancang agar para siswa dapat lebih mengenal koleksi museum. Khususnya wayang, sehingga seni tradisi ini dapat dilestarikan dan dikembangkan. Pemateri, Rendya Adi, berharap, para siswa menjadi lebih mengenal dan merasa memiliki seni tradisi tersebut.
Bambang Pur