blank
Peserta Pelatihan Costumer Satisfaction Sesi I sebanyak 44 orang peserta berfoto bersama trainer dari Victama Academi Vika Himawanti Suprapto dan Ketua Bidang Diklat PMI Kota Semarang Dr dr Yan Wisnu Prajoko, MKes, SpB(K)Ong serta jajaran pimpinan lain, usai pembukaan pelatihan di Lt 4 Gedung UDD PMI Kota Semarang, Jalan Mgr. Soegijapranata Kota Semarang, Sabtu (29/10/2022). Foto : Absa

SEMARANG (SUARABARU.ID) Untuk meningkatkan kepuasan pelanggan atau Customer Satisfaction, terutama dalam pelayanan sosial kemanusiaan kepada masyarakat Kota Semarang, Palang Merah Indonesia (PMI) Kota Semarang memberikan pelatihan Customer Satisfaction selama 2 hari, kepada 162 staf dan jajarannya, di Lantai 4 Gedung Unit Donor Darah (UDD) PMI Kota Semarang, Jalan Mgr. Soegijapranata Kota Semarang, Sabtu (29/10/2022).

“Seluruh jajaran PMI Kota Semarang itukan, memberikan pelayanan kepada masyarakat dalam hal sosial kemanusiaan. Jadi karena kita pemberi jasa pelayanan, secara pasti memerlukan kompetensi dalam hal pelayanan. Oleh sebab itu, perlu memerlukan pelatihan-pelatihan secara terus menerus, supaya tertanam dalam jiwa, supaya memiliki skill yang baik dalam hal komunikasi, untuk memberikan kepuasan terhadap masyarakat (pelanggan),” jelas Dr dr Yan Wisnu Prajoko, MKes, SpB(K)Ong, Ketua Bidang Diklat PMI Kota Semarang usai pembukaan pelatihan Customer Satisfaction.

Dengan digelarnya pelatihan tersebut, lanjutnya, selain upaya untuk meningkatkan kepuasan pelanggan dalam hal produk yang dihasilkan maupun pelayanan yang diberikan, juga untuk mengurangi aspek negatif yang ditimbulkan dalam pelayanan.

“Aspek negatif itu, agar tidak timbul kekecewaan ataupun kemarahan dari masyarakat (pelanggan), atas pelayanan yang telah diberikan,” lanjut dr Yan Wisnu

Untuk target pelatihan, imbuhnya, paling tidak para peserta dapat memahami adanya customer service value, jadi nilai-nilai yang harus mereka miliki untuk mencapai customer satisfaction (kepuasan pelanggan) dapat tersampaikan, sehingga peserta dapat memahami nilai-nilai tersebut untuk dapat diaplikasikan dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat serta akan tetap dilakukan pemantauan melalui survei dan penilaian perubahan sikap personil usai pelatihan.

blank
Dr dr Yan Wisnu Prajoko, MKes, SpB(K)Ong, Ketua Bidang Diklat PMI Kota Semarang, memberikan keterangan usai pembukaan pelatihan Customer Satisfaction, di Lt 4 Gedung UDD PMI Kota Semarang, Jalan Mgr. Soegijapranata Kota Semarang, Sabtu (29/10/2022). Foto : Absa

“Dalam penilaian perubahan sikap, dari organisasi (PMI Kota Semarang) terus melakukan survei secara periodik dan dilakukan evaluasi yang disusun pimpinan untuk menilai perubahan sikap,” tandasnya.

Meningkatkan Kualitas Komunikasi

Disampaikan oleh Vika Himawanti Suprapto, trainer dari Victama Academi, bahwa dalam membangun Costumer Satisfaction atau kepuasan pelanggan dan meningkatkan dan mengembangkan kapasitas pelayanan peserta maupun relawan, penting untuk meningkatkan kualitas komunikasinya secara penuh.

“Jadi full hanya di komunikasi saja. Ketika sudah bisa berkomunikasi, tahu hambatan dalam berkomunikasi dan juga tahu tehniknya. Lalu berkomitmen untuk memberikan pelayanan yang terbaik kepada masyarakat, sehingga tidak terjadi misskomunikasi,” paparnya.

Disebutkan oleh Vika, satu contoh bentuk komunikasi dengan masyarakat dalam memberikan pelayanan, adalah ketika pelayanan ambulance gratis yang diberikan oleh PMI Kota Semarang kepada masyarakat, harus dijelaskan secara terbuka dan detail, agar jangan muncul miss komunikasi atau salah penafsiran di tengah masyarakat.

“Gratis itu harus dijelaskan secara mendetail. Apakah gratis semua atau hanya gratis SDM drivernya, sementara BBM, tol dan lain sebagainya masih dibebankan. Nah itu harus diberitahukan kepada masyarakat itu sedetail mungkin, supaya paham. Agar jangan sampai ada informasi yang tidak selesai,” tegasnya.

Hal itu juga sebagai bagian dari bentuk komitmen, terhadap pelayanan kepuasan pelanggan yang diberikan kepada masyarakat, sebagai langkah pengembangan kualitas produk branding dan personal branding institusi, khususnya PMI.

“Jadi personal branding dan produk branding sebuah institusi, khususnya untuk PMI itu sangat penting dan sangat berpengaruh terhadap lingkungan sekitar. Jadi bagaimana kita membangun branding, baik dari sisi SDM maupun dari sisi produk yang ditawarkan. Paling mudah adalah pelayanan terhadap orang-orang yang akan donor darah,” urainya.

Absa