blank
Lionel Messi. Foto: psg

blankOleh: Amir Machmud NS

// seni dan dewa/ jiwa-jiwa sepak bola/ selalu hadir mengemuka/ dan siapa tak menunggu Qatar menyajikannya?//
(Sajak “Dewa-Dewa Sepak Bola”, 2022)

SANG Dewa telah mengiming-imingi para calon spettatore Piala Dunia 2022 dengan pertunjukan khas: seni tendangan bebas nan berkelas!

Dari siapa “jaminan” keindahan itu diharapkan, kalau bukan Lionel Andres Messi?

Free kick, sebagai salah satu elemen eksotika, tentu termasuk yang ditunggu-tunggu dalam “kebudayaan” sepak bola. Dan, rupanya, elemen itu telah kembali.

Dalam semusim 2020-2021, La Pulga mengalami “kemampatan” gol dari tendangan bebas. Aksi-aksi eksepsional yang menjadi bagian magnet Barcelona di La Liga, tak terlihat di Ligue 1 bersama Paris St Germain.

Kini, Messi beberapa kali unjuk kehebatan lagi, memamerkan bola yang meluncur bagai punya mata untuk memilih ruang sasaran. Kiper lawan bengong menyaksikan bola menukik ke pojok dan nyaman bersarang.

Dengan kegembiraan bermain yang memulih, free kick Messi juga hadir memberi warna. Piala Dunia, satu setengah bulan lagi, menunggu totalitas persembahannya. Apalagi, dalam usia 34, Qatar 2022 diperkirakan menjadi Piala Dunia terakhir bagi peraih tujuh Ballon d’Or itu.

Tanpa Rival
Dalam rentang eranya sekarang, Messi nyaris tanpa pesaing dalam urusan free kick. Cristiano Ronaldo tak pernah lagi melesakkan gol lewat momen bola mati. Neymar Junior, rekan satu klub di PSG yang juga punya keahlian, terbilang jarang mengambil kesempatan dan lebih menyerahkannya ke Messi.

Pun, Messi memperkuat kualitas tendangan bebasnya dengan elemen keindahan. Tak hanya tajam terarah, namun juga melengkung indah.

Pada satu masa, era 1990 hinggal awal 2000-an, empat nama utama bersaing sebagai spesialis tendangan bebas. Dari Juninho Pernambucano (Lyon), David Beckham (Manchester United, Real Madrid), Ronaldinho (Barcelona, AC Milan), hingga Andrea Pirlo (AC Milan, Juventus).

Di antara empat master itu menyelip Zinedine Zidane (Juventus, Real Madrid), Miralem Pjanic (Juventus, kini Besiktas), dan Sunsuke Nakamura (Glasgow Celtic).

Mereka meneruskan kisah kesenimanan Roberto Baggio, Alessandro del Piero, dan Gianfranco Zola. Sebelum itu, keajaiban-keajaiban Diego Maradona, Rogerio Ceni, Zico, Eder, Dirceu, Rivelino, Nelinho, Socrates, Rai, dan Michael Platini bagai tak tertandingi.

Ceni, kiper Brazil yang produktif, membukukan 59 gol free kick. Catatan itu hanya beda tipis dari Ronald Koeman (60), Zico (62), Maradona (62), Beckham (65), Ronaldinho (66), dan lagenda bola mati Argentina era 1960 s.d 1970-an, Victor Legrotaglie dengan 66 gol. Jumlah terbanyak masih dipegang Juninho (75), di atas Pele (70 gol).

Pjanic, yang pernah berada di lingkungan Camp Nou, menyebut Leo Messi (dengan lebih dari 60 gol) sebagai eksekutor free kick terbaik. Hebatnya, La Pulga adalah eksekutor natural, karena jarang berlatih khusus. Pjanic sendiri, yang telah mencetak 19 gol bola mati, membutuhkan latihan dua kali sepekan selama 30 menit.

Para ahli bola mati dengan arah parabolik itu, berbeda dari tipikal yang memiliki kanon dahsyat seperti Roberto Carlos, Ronald Koeman, Johan Neeskens, Lothar Matthaeus, atau Branco. Mereka lebih mengandalkan kekuatan kaki yang meluncurkan bola kencang seperti roket.

Aspek Seni
Free kick Lionel Messi punya aspek seni yang membuat luncuran bolanya berbeda. Kekuatan dan “kendali” kekidalan kaki menjadi “faktor pembeda” yang deseptif.

Dia bahkan pernah menjebol gawang Espanyol di La Liga pada 30 Maret 2019 dengan “free kick Panenka”, teknik yang tak terbayangkan, lantaran terilhami penalti ala Panenka dengan mencungkil bola ke posisi tengah gawang.

Juninho, legenda hidup tendangan bebas, punya kualitas “telepati” yang bagai me-remote control tendangan ke sudut yang dia kehendaki, dan sulit terjangkau reaksi lompatan kiper.

Sedangkan Andrea Pirlo, yang pernah menyebut diri sebagai “Pirlinho” — terinspirasi bintang-bintang Brazil yang jago bola mati — istimewa dalam kualitas proses. Dia membendaharakan 30 gol. Tendangannya tidak keras, tetapi melengkung dengan arah jatuh bola yang sulit diantisipasi kiper.

David Beckham berbeda pula. Tendangannya kencang parabolik, yang pada masa jayanya seakan-akan memberi jaminan 90 persen gol.

Gol-gol Beckham pernah dijadikan objek penelitian oleh Universitas Sheffield. Analis sepak bola Keith Hanna mengamati, Beckham adalah seorang genius dalam memproses perhitungan fisika yang kompleks secara cepat.

Nah, eksotika tendangan bola mati ini tentu menjadi momen yang ditunggu-tunggu sebagai bagian pertunjukan dan sejarah di Qatar, November nanti.

Dan, salah satu pusat perhatian, pastilah Lionel Messi, “dewa free kick” yang telah menemukan kembali kedewaannya.

Amir Machmud NS, wartawan suarabaru.id, kolumnis sepak bola, dan Ketua PWI Provinsi Jawa Tengah