WONOSOBO (SUARABARU.ID)-Anggota Komisi IV DPR RI Fraksi PDI Perjuangan Dapil Jateng VI (Purworejo, Magelang, Temanggung dan Wonosobo) Vita Ervina, SE MBA mengatakan potensi lahan pekarangan bisa dijadikan sebagai sumber pangan untuk meningkatkan ekonomi keluarga.
“Lahan pekarangan merupakan potensi yang bisa dimanfaatkan di sektor pertanian tanaman pangan. Hampir sepanjang musim tanaman pangan dapat dikelola secara baik. Tinggal bagaimana masyarakat mampu menggali potensi tersebut,” katanya.
Dia mengatakan hal itu, saat membuka “Bimbingan Tehnis Optimalisasi Program Ketahanan Pangan pada Level Desa melalui Kegiatan Pekarangan Pangan Lestari”, yang digelar Dirjen Hortikultura Kementan RI, di Hotel Surya Asia Wonosobo, Jumat (14/10/2022).
Menurut Vita, sumber daya pertanian juga telah menjadi fundamental ekonomi di masyarakat.
Sektor pertanian merupakan kontributor terbesar perekonomian daerah, dengan sumbangsih terhadap pendapatan domestik regional bruto (PDRB) mencapai 31,07 persen.
“Di tahun 2020 misalnya, produksi bawang merah mencapai 464 kwintal di Kalikajar, bawang putih di Watumalang mencapai 35.016 kwintal. Komoditas cabai 216.363 kwintal di Garung, Mojotengah dan Kalikajar. Kentang 533.722 kwintal dengan sentra di Kejajar,” bebernya.
Akan tetapi, lanjutnya, belum optimalnya produktifitas pertanian, belum terpenuhinya infrastruktur tanaman pangan dan hortikultura yang layak, penggunaan pupuk kimia yang belum sesuai anjuran, sampai terbatasnya pengetahuan dan ketrampilan petani serta semakin terbatasnya tenaga kerja trampil dan produktif yang mau bekerja di sektor pertanian, menjadi tantangan tersendiri di Wonosobo.
“Kami berupaya untuk menjawab permasalahan yang ada di sektor pertanian melalui program Pekarangan Pangan Lestari (P2L). Kegiatan P2L merupakan upaya untuk meningkatkan ketersediaan, aksesibilitas, dan pemanfaatan pangan bagi rumah tangga,” ujarnya.
Hal itu, kata Vita, sesuai dengan kebutuhan pangan yang beragam, bergizi seimbang, aman dan berorientasi pasar untuk meningkatkan pendapatan rumah tangga. Apalagi jumlah pekarangan di Wonosobo yang belum dimanfaatkan melalui program P2L masih sangat banyak.
“P2L dilakukan melalui pendekatan pengembangan pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture), pemanfaatan sumberdaya lokal (local wisdom), pemberdayaan masyarakat (community engagement) dan berorientasi pemasaran (go to market),” tandasnya.
Lahan Kosong
Dikatakan, program P2L merupakan kegiatan pemberdayaan kelompok masyarakat untuk budidaya berbagai jenis tanaman melalui kegiatan kebun bibit, demplot, pertanaman, dan pasca panen serta pemasaran.
“P2L dapat dilakukan pada lahan kosong yang tidak produktif, lahan yang ada di sekitar rumah/bangunan tempat tinggal/fasilitas publik, serta lingkungan lainnya dengan batas kepemilikan yang jelas. Seperti asrama, pondok pesantren, rusun, rumah ibadah dan lainnya,” tutur dia.
Guna memastikan tercapainya program P2L ini dibutuhkan partisipasi aktif dari masyarakat. Karena, program P2L ini nantinya akan berdampak pada peningkatan pendapatan rumah tangga. Dibuktikan dari hasil panen di lahan yang dikembangkan untuk dapat dijual kepada mitra 0UMKM yang bergerak di bidang makanan.
“Juga untuk meningkatkan kualitas konsumsi masyarakat dengan sayuran dan hasil pekarangan yang organik, bebas pestisida sekaligus mendukung program nasional penurunan stunting dengan cara pemenuhan gizi seimbang pada bayi dan balita,” tandasnya.
Pemberdayaan kelompok masyarakat, menurut Vita, akan terus dilibatkan dalam setiap tahapan kegiatan pengembangan rumah bibit, demplot, pertanaman, pasca panen hingga pemasaran.
“Sehingga bukan hanya pemanfaatan pekarangan akan tetapi masyarakat mendapatkan ilmu tentang bercocok tanam yg baik dan sehat serta tepat guna,” katanya.
Sekaligus, lanjutnya, ilmu produksi dan marketing hasil panen. Dapat mengemas dan memasarkan hasil panen P2L menjadi sebuah produk sayuran yang bernilai jual tinggi seperti yang dijual di supermarket.
“Saya berharap kegiatan ini bisa sebagai ajang menjalin komunikasi, koordinasi, bantuan dan tentunya pengetahuan dalam skema pembiayaan di bidang pertanian,” ucapnya.
Dengan demikian diharapkan petani mampu meningkatkan produktivitas dan secara ekonomi dapat meningkatkan kesejahteraan. Sektor pertania yang maju, mandiri dan modern akan mendorong kesejahteraan masyarakat setempat.
Muharno Zarka