blank
Humas KAI Wisata, M Ilud Siregar di area gedung Lawang Sewu. Foto: Ning Suparningsih

SEMARANG (SUARABARU.ID) – Warisan peninggalan sejarah, budaya dan seni telah lama memberikan kontribusi sebagai daya tarik tujuan wisata, khususnya di negara-negara maju seperti Eropa dan Amerika.

Saat ini sumber daya warisan peninggalan sejarah adalah motivator yang sangat penting bagi dunia pariwisata dan telah mampu menciptakan trend, dimana berbagai obyek warisan peninggalan sejarah dijadikan sebagai produk destinasi kunjungan pariwisata.

Menurut Humas KAI Wisata, M Ilud Siregar, sejarah perkembangan kereta api di Indonesia dimulai pada masa pemerintahan Kolonial Belanda yang diawali sekitar tahun 1864, dengan dibangunnya jalur rel kereta api dari Samarang sampai Tanggung di Jawa Tengah.

Selanjutnya perkembangan kereta api begitu pesat dengan dibangunnya berbagai jalur dan jaringan kereta api yang menghubungkan sejumlah kota di Pulau Jawa, Sumatera dan Sulawesi.

Seiring dengan sejarah pergantian zaman dari pemerintahan kolonial Belanda, masa kependudukan Jepang, masa kemerdekaan sampai sekarang, perjalanan panjang perkeretapian di Indonesia telah mengalami berbagai proses suka dan duka, dan meninggalkan berbagai aset baik berupa benda, catatan yang bermuatan nilai sejarah sosial budaya, maupun teknologi, serta peninggalan kawasan aktivitas perkeretapian, bangunan yang memiliki nilai arsitektur yang sangat luar biasa bahkan diantaranya telah berusia diatas 100 tahun.

Wisata berbasis warisan peninggalan sejarah merupakan salah satu industri pariwisata yang berkembang dengan pesat. Dimana adanya kenaikan volume wisatawan yang mencari petualangan budaya, sejarah, arkeologi dan interaksi dengan masyarakat.

Berdasarkan hal itu, warisan peninggalan sejarah perkeretapian di Indonesia sangatlah berpotensi untuk dikembangkan menjadi salah satu obyek tujuan wisata di Tanah Air.

blank
Wisata Lawang Sewu Kota Semarang. Foto: Dok/KAI Wisata

Sumber daya warisan peninggalan sejarah tersebut diharapkan mampu menumbuhkan berbagai kepentingan dan pemanfaatan diantaranya,

1. Membantu melestarikan warisan sejarah dan merupakan upaya penghargaan terhadap masa lalu yang dilestarikan untuk kepentingan generasi mendatang, guna memenuhi dan pemanfaatan masa kini

2. Memiliki dampak yang positif untuk memenuhi kebutuhan sosial dan ekonomi, bisa menciptakan lapangan kerja dan menciptakan penghasilan masyarakat yang pasti dan berkesinambungan, serta bisa meningkatkan pendapatan asli daerah dan pendapatan pajak dan pendapatan lain-lain

3. Menetapkan dan memperkuat identitas meningkatkan kualitas hidup dan membangun kebanggaan masyarakat

4. Memfasilitasi harmoni antar masyarakat

5. Mendukung dan membantu berbagai pengembangan diantaranya di dunia pendidikan

“Salah satu upaya agar sumber daya warisan peninggalan sejarah perkeretapian di Indonesia dapat dikembangkan menjadi salah satu kawasan destinasi wisata, kami telah mempersiapkan berbagai strategi yang harus dipenuhi dalam konteks pengembangan yang berkelanjutan,” ungkap Ilud, Selasa (11/10/2022).

Sementara itu, untuk Lawang Sewu sendiri digunakan sebagai kantor pusat perusahaan kereta api swasta Nederlandsch-Indische Spoorweg Maatschappij (NISM) yang dibangun secara bertahap, yakni dimulai pada 27 Februari 1904 dan selesai pada Juli 1907. Sedangkan bangunan tambahan dibangun sekitar tahun 1916 dan selesai tahun 1918.

Bangunan Lawang Sewu ini didesain oleh arsitek dari Amsterdam, yaitu Prof. Klinkhamer dan BJ Oendaag, dan dirancang dengan mengadaptasi iklim Indonesia, dominan elemen lengkung dan sederhana. Bangunan didesain menyerupai huruf L serta memiliki jumlah pintu dan jendela yang banyak sebagai sirkulasi udara.

Bangunan Lawang Sewu ini memiliki ornamen kaca patri pabrikan Johannes Lourens Schouten yang menceritakan tentang kemakmuran dan keindahan Jawa, kekuasaan Belanda atas Semarang dan Batavia, kota maritim serta kejayaan kereta api.

Langgam bangunan                                                          Langgam arsitektur adalah neo-kolonial yang merupakan perpaduan arsitektur gaya Belanda dan arsitektur lokal
Eropa (Belanda), sistem struktur dinding pemikul yang mengandalkan kekuatan pasangan batu bata membentuk dinding dan busur-busur.

Adaptasi rumah Jawa, bentuk atap limasan, tritisan, genting tanah liat dan atap cungkup.

Elemen estetis                                                                  Bangunan ini banyak memiliki elemen estetis yang dirancang untuk kepentingan keindahan dan keasrian bangunannya, diantaranya bentuk dan ornamen atap,
menara dan atap conical dari plat tembaga dengan hiasan perunggu di puncaknya, serta atap-atap cungkup yang merupakan ventilasi udara dan dormers sebagai lubang pencahayaan alami bagi ruang atap.

Kaca patri                                                                                      Di ruang tangga utama terdapat kaca patri buatan Jalan Schouten dari studio’t Prinsenhof, Delft.

Salah satu ornamen kaca patri melukiskan roda terbang lambang kejayaan perkeretaapian di masa itu. Disamping itu juga dilukiskan flora, fauna, figur serta motif batik Jawa yang juga melambangkan keindahan alam dan seni budaya lokal. Elemen kaca patri ini menjadi daya tarik utama saat tertimpa sinar matahari.

Ornamen besi tempa                                                              Unsur besi tempa pada terali pintu, tangga putar dan railing tangga.

Pahatan pada batu granit
Batu granit selain sebagai penguat struktur,juga mendapat sentuhan seni pahat.

Seni lukis dan ukir pada bentangan balok
Lukisan keemasan pada balok baja dan ukiran pada balok kayu penguat plafond.

Sistem sirkulasi udara                                                        Koridor sebagai pendukung sistem sirkulasi udara di dalam gedung tersebut. Lubang pintu dan jendela sebagai saluran sirkulasi udara keluar masuk dalam ruang-ruang kantor. Pada masa itu dinding menggunakan batubata gamping dan kapur sehingga dindingnya memiliki pori-pori yang menghasilkan efek sejuk pada ruangan.

Sistem pencahayaan                                                                Sinar matahari sebagai sistem pencahayaan alami yang masuk melalui lubang pintu, jendela dan bouvenlicht.

Ning Suparningsih