blank
Ganjar mencoba memainkan alat musik khas Pulau Nias, Tutuhao, didampingi Direktur Museum Nias, Nata'alui Duha. Foto: humas

PULAU NIAS (SUARABARU.ID)– Ada cerita menarik saat Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, berkunjung ke Pulau Nias, Sumatera Utara, Senin (26/9/2022). Dia diberi hadiah alat musik Tutuhao, dan sebuah buku yang mengulas tentang Pulau Nias.

Ganjar yang berolahraga pagi berkeliling ke tempat-tempat bersejarah, sambil menyapa warga setempat. Di antaranya Menara Mensu, rumah adat serta Museum Nias, di Gunung Sitoli.

Di museum, orang nomor satu di Jateng itu melihat koleksi tentang masyarakat Nias. Bahkan dia berkesempatan memainkan Tutuhao, alat musik khas Nias yang terbuat dari bambu.

BACA JUGA: Polres Kudus Ungkap Empat Kasus Pidana Pencurian

Sekitar 20 menit memelajari sejarah Nias di museum, Ganjar diberi hadiah alat musik Tutuhao dan buku, yang diserahkan langsung oleh Direktur Museum Nias, Nata’alui Duha.

”Alat musik ini sangat menarik, dan ternyata entah kenapa mereka membuat karya yang cukup bagus ini, Tutuhao. Alat musik pukul ini menghasilkan tiga suara ternyata. Ada suara gong, gendang, canang. ternyata ini dari bambu,” puji Ganjar.

Bagi dia, adanya Tutuhao menjadi penanda, bahwa nenek moyang, terutama di Pulau Nias, memiliki sains of art yang tinggi, di bidang musik.

BACA JUGA: Nani Tri Astuti Dilantik Jadi Dirut Bank Wonosobo Periode 2022-2026, Siapa Dia?

”Rupanya nenek moyang kita, khususnya yang di Nias itu punya sains of art yang sangat tinggi, terutama dalam seni musik,” paparnya.

Selain Tutuhao, Ganjar juga mendapat buku tentang sejarah masyarakat Nias. ”Dan ada satu buku lagi tentang asal usul masyarakat Nias. Yang menulis seorang Pastur, dan sekaligus pendiri museum. Ternyata dia bisa menceritakan banyak hal tentang Nias,” ucapnya.

Di komplek museum terdapat sejumlah artefak sejarah Nias. Mulai dari patung, tawo batu, rumah adat, baju perang dan sisa tsunami. Selain itu, ada penginapan berdesain rumah adat setempat.

Ada rumah adat jadi guest house, yang semua orang bisa menginap. Orang bisa belajar konstruksinya, belajar sirkulasi udaranya, kenyamanannya, termasuk keamanannya. Tadi saya tanya, kenapa di bawah dikasih batu? Ternyata buat keseimbangan bangunan. Bayangkan, ilmu arsitektur kita tidak kalah,” tandasnya.

Riyan