KUDUS (SUARABARU.ID) – Pemerintah Kabupaten Kudus melalui Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) membangun jembatan baru yang menghubungkan Desa Berugenjang – Wonosoco, Undaan. Untuk memastikan pekerjaan berjalan lancar, Bupati Kudus H.M. Hartopo didampingi Kepala Dinas PUPR, Camat Undaan, dan Kades Wonosoco meninjau proses pembangunan jembatan tersebut, Senin (19/9) siang.
Bupati Hartopo mengatakan pembangunan jembatan penghubung Desa Berugenjaang – Wonosoco tersebut bersumber dari anggaran Bantuan Gubernur (BanGub).
“Kemarin sudah dianggarkan melalui BanGub sebesar 4 miliar,” katanya.
Pihaknya menegaskan, selama pembangunan jembatan tersebut tidak menimbulkan permasalahan di masyarakat. Termasuk tidak mempengaruhi aliran irigasi di masa tanam ke satu.
“Pembangunan jembatan ini tidak menimbulkan permasalahan di masyarakat. Termasuk penggelontoran (irigasi) air di masa tanam satu ini, petani tidak usah khawatir karena dipastikan air sampai ke bawah,” tegasnya.
Hartopo memastikan, pembangunan jembatan tersebut dapat selesai tepat pada waktunya.
“Secepatnya akan selesai tepat waktu, ini masih tahap pembesian. Nanti akan dikesdam dulu, agar aliran air tidak merendam pembangunan, tapi aliran air tetap jalan dengan pompanisasi,” ujarnya.
Ditanya terkait upaya percepatan pembangunan, Kepala Dinas PUPR Arief Budi Siswanto mengatakan pembangunan jembatan penghubung Desa Berugenjang – Wonosoco tidak menemui kendala berarti dan ditargetkan selesai tepat waktu.
“Kita tidak perlu lakukan upaya percepatan pembangunan karena sudah sesuai reschedule, target selesai 9 Desember,” jelasnya.
Dirinya menjelaskan terkait pembangunan jembatan penghubung Desa Berugenjang – Wonosoco saat ini masuk tahap proses abutment. Mengenai urgensi pembangunan jembatan ini untuk penghubung mobilitas antar desa.
“Pembangunan jembatan dengan lebar 5,4 meter dan panjang 12 meter, saat ini telah berjalan 15-17 persen. Jembatan ini untuk akses penghubung antar kedua warga desa,” jelasnya.
Arief menuturkan, berbagai upaya dilakukan Dinas PUPR untuk melaksanakan pekerjaan agar aliran air tetap dapat digunakan masyarakat di tengah persiapan masa tanam ke satu.
“Nanti rencana dikesdam/dewatering (membebaskan area konstruksi dari aliran air tanah). Jadi asumsinya tidak ditambak, tapi semacam pompanisasi,” tandasnya.
Ali Bustomi