blank
Gubernur Jateng, Ganjar Pranowo, saat menyerahkan penghargaan bagi innovator Top 10 Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik (KIPP) Tahun 2020. Salah satunya diterima RSUD Prof Dr Margono Soekarjo. Foto: jatengprov.go.id

BERBAGAI inovasi berbasis teknologi dan digital, terus dikembangkan rumah sakit milik Provinsi Jawa Tengah, untuk meningkatkan pelayanan kesehatan masyarakat. Jika dulu semua menggunakan sistem manual, seperti administrasi pendaftaran, rawat inap, hingga pembayaran, kini serba terintegrasi dengan sistem pelayanan secara online.

Tujuannya jelas, agar pasien dan keluarganya merasa nyaman dan puas, oleh sistem yang ringkas dan berkualitas.

Setidaknya ada tiga dari sejumlah rumah sakit milik Pemprov Jateng, yang getol menjadi smart hospital, dengan inovasi dan teknologi digital dalam upaya memberikan kepuasan masyarakat. Rumah sakit itu adalah, RSJD Surakarta, RSUD Prof Dr Margono Soekarjo Purwokerto dan RSUD dr Moewardi Surakarta.

BACA JUGA: TNI, Kemenkeu dan Pemkot Magelang Tandatangani Nota Kesepahaman, Polemik Aset Ees Mako Akabri Selesai

Nama Rumah Sakit Jiwa Daerah (RSJD) Surakarta melejit, ketika menggulirkan aplikasi ‘Payjem Pas Ngamuk’ (Pelayanan Jemput Pasien Ngamuk) dan ‘Djuminten Dolan’ (Dinten Jumat Dodol Lan Ketemuan).

Seperti disampaikan Direktur RSJD Surakarta, dr Tri Kuncoro MMR, melalui Kabid Pelayanan Medis dr Maria Rini Indriarti SpKJ Mkes, ‘Payjem Pas Ngamuk’ lahir dari keprihatinan adanya penanganan yang tidak sesuai prosedur oleh keluarga dan masyarakat, terhadap Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ).

”Inovasi ini dilatarbelakangi adanya kendala di masyarakat dan keluarga, ketika harus membawa ke rumah sakit, atau memberikan penanganan awal pada pasien yang mengalami gaduh gelisah. Cara membawanya kadang tidak tepat, misalnya mengikat ODGJ dengan tali plastik, stagen, bahkan borgol. Ini sangat membahayakan, karena bisa menimbulkan cedera lebam, patah tulang, sampai kelumpuhan,” terang Maria.

BACA JUGA: Serunya Siswa SD Primary Global Inbyra School Kunjungi Bank Indonesia Tegal

Maka dari itu, kata dia, RSJD Surakarta menawarkan solusi dengan aplikasi ‘Payjem Pas Ngamuk, yaitu penjemputan pasien yang lebih cepat, manusiawi dan mengedepankan kemartabatan. Dia berharap, dengan layanan ini agar keselamatan dan keamanan pasien lebih terjaga.

”Respons masyarakat terhadap inovasi ini sangat bagus. Buktinya semakin bannyak pengguna layanan ini. ‘Payjem Pas Ngamuk’ sesungguhnya juga bertujuan memberikan edukasi atau pemahaman kepada masyarakat, bagaimana penanganan awal terhadap pasien gaduh gelisah, sehingga saat dibawa ke RS dalam kondisi aman,” beber psikiater di RSJD itu.

Banyak pihak yang mengapresiasi inovasi ‘Payjem Pas Ngamuk’. Terobosan RS milik Pemprov Jateng ini, mendapat penghargaan dalam Awarding Top 99 Inovasi Pelayanan Publik (IPP) 2019, yang digelar Kementerian Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Kemenpan RB).

blank
Sumber: rsud margono soekarjo

BACA JUGA: Uji Kemampuan Fisik, Personel Polres Tegal Kota Ikuti Tes Kesamaptaan Jasmani

Inovsi kedua RSJD, sebut Maria yaitu, ‘Djuminten Dolan’ atau Dinten Jumat Dodolan lan Ketemuan (Hari Jumat Jualan dan Bertemu). Ini adalah bentuk pemberdayaan pasien ODGJ yang berorientasi meningkatkan kemandirian kesehatan ODGJ, dan menciptakan ketahanan ekonomi pasien.

”Program ini juga diikuti pasien rawat jalan. Para pasien yang telah selesai masa rawat inapnya, diajak berjualan berbagai produk makanan, seperti nasi goreng, risol mayo, martabak, pastel, bakso goreng, pakaian, dan merchandise hasil produksi mereka. Intinya, kami mendorong agar pasien bisa mandiri secara ekonomi dan sosial,” tambahnya.

Saat hadir dalam pameran di halaman RSJD yang melibatkan pelaku UMKM dari ODGJ pada Juni 2022 lalu, Gubernur Jateng, Ganjar Pranowo, menyampaikan apresiasinya.

BACA JUGA: Dema USM Buka Aspirasi Mahasiswa secara Online

”Inovasi ini dapat terus berlanjut, dan dibarengi dengan kolaborasi bersama dinas-dinas terkait,” ungkapnya. ‘Djuminten Dolan’ sendiri menjadi program pengembangan day care, berupa produk UMKM Binaan RSJD Surakarta.⁣

Tak hanya berjualan, di akhir kegiatan diadakan evaluasi dan pembekalan oleh Tim Djuminten Dolan, yang terdiri dari Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa, Psikolog, dan Perawat Jiwa.⁣

Seperti halnya inovasi di RSJD, inovasi di RSUD Margono pun intens melakukan terobosan spektakuler. Di antaranya ‘Penetrasi Online’ (Pengembangan Sistem SMS Gateway Menuju Registrasi Online), ‘Tele Apik’ (Teyeng NdeLEng Antrian lan PoliklinIK), ‘Mangan Mendoane Rini’ (akronim dari Pengembangan Sistem Pengelolaan Sediaan Farmasi: Obat Alat Habis Pakai Terintegrasi Rekam Medik Elektronik).

BACA JUGA: Balai Bahasa Kolaborasi dengan Undip dan MAN Salatiga Gelar Webinar Sastra Pariwisata

Lalu ada pula, Si Bina Cantik Bingits (Sistem Bridging SIM RSMS, BPJS, dan INA-CBG’s Menuju Akuntalibiltas, Transparansi, dan Efesiensi Pelayanan Kesehatan JKN secara Paripurna Jamin Bisa Langsung Dilayani Cepat dan Klaim BPJS Akurat).
Inovasi yang tak kalah menarik adalah telemedicine #SAYDOC (Satu layar ngobrol dengan dokter), yang dibuat usai covid-19.

Direktur RSUD Margono, dr Untung Gunarto SpS MM menjelaskan, inovasi itu mendapatkan penghargaan dalam KIPP Menpan RB.

Dia mengungkapkan, inovasi teknologi di RS ini sudah dimulai sejak 2013 lalu, ketika menangani BPJS. Dimana secara manajerial, adanya inefisiensi (pemborosan) anggaran obat dan alat habis. Itu sebabnya, RS Margono mengkreasi ‘Mangan Mendoan’, untuk mengikis praktik kolusi tenaga obat.

BACA JUGA: Hendi Dorong Pihak Swasta Rutin Gelar Aksi Sosia

Selanjutnya, saat klaim BPJS di awal-awal memang terkendala, karena pengajuan berkali-kali mengalami penolakan dan delay.

”Maka keluarlah inovasi bridging system, yang terintegrasi. Klaim di awal bulan bisa dilakukan. Tahun 2016, sistem registrasi yang tadinya manual dikembangkan online, yang kini bisa memangkas waktu tunggu pasien dari 2 jam ke 15 menit saja. Di sini penggunanya sudah mencapai 97 persen,” tambahnya.

Sukses dengan sistem bridging, imbuhnya, RSUD Margono melanjutkan dengan ‘Tele Apik’. Menurutnya, persoalan klasik rumah sakit saat itu yakni, tepatnya dokter rawat jalan. Tuntutan itu adalah dokter tepat waktu.

BACA JUGA: Japfa Chess, Ervan dan Medina Hanya Raih Satu Point

”Sebanyak 89 persen dokter sudah memulai bekerja pukul 8 pagi. Ini yang dulu sulit sekali dilakukan. Dengan pantauan online, dokter akan bisa tahu langsung, berapa pasien yang akan dihadapi pada hari itu, yang otomatis mengharuskan dokter bekerja lebih awal,” tambahnya.

Tahun 2018, kata dia muncul ‘Eva Centil’ (Electronic Validation Cara Cepat dan Akurat Jamin Lancarkan Klaim BPJS). Adanya program digitalisasi, termasuk klaim BPJS, membuat berkas-berkas pasien yang berupa kertas, tak lagi berguna.

”Eva mendorong klaim lebih cepat, dan 100 persen bisa diklaim. Manfaat lain, kami bisa menghemat anggaran untuk kertas mencapai Rp 477 juta per tahun. Selain itu, kita tidak menyampah kertas, atau beban penyimpanan kertas. Ini komitmen kami menjadi green hospital,” tandasnya.

BACA JUGA: Dengan Mas Kawin Rp 100 Ribu, Napi Kasus Narkoba Ini Nikahi Kekasihnya dalam Lapas

Prestasi mentereng di bidang inovasi, juga disandang RSUD Moewardi Solo. Selain penghargaan sebagai Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) teladan terbaik, badan publik pemerintah provinsi kualifikasi informatif, RS ini juga menggapai Top 99 Inovasi Pelayanan Publik melalui inovasi ‘Singa Lahir’, membantu pasien HD dalam pembatasan cairan.

Disampaikan Direktur RSUD Moewardi, Dr dr Cahyono Hadi SpOG, aplikasi ini dibuat untuk mengontrol jumlah cairan yang masuk pada pasien cuci darah. Pasien yang melakukan cuci darah atau hemodialisa, tidak boleh sembarangan dalam mengonsumsi cairan.

Dikatakannya, manfaat dari aplikasi ini adalah, dari sisi SDM, memudahkan perawat dalam melakukan edukasi dan evaluasi diet cairan bagi pasien rawat jalan. Keuntungannya, mudah diakses, tersedia di Playstore secara gratis, mengurangi biaya perawatan lebih lanjut, serta mengurangi sampah kertas.

blank
Sumber: rsud moewardi

BACA JUGA: Yogyakarta Tuan Rumah Dua Turnamen Internasional

”Aplikasi Singa Lahir ini sebagai edukasi kepada pasien untuk membatasi cairan. Kami mengajak pasien dan keluarga, mengatur cairan yang dibutuhkan sehari-hari dalam 24 jam,” tambahnya.

Keunggulan lain dari RS ini adalah, menjadi salah satu rumah sakit andalan Jateng, yang menjadi rujukan pasien luar Jawa dan internasional, dalam penanganan Systemic Lupus Erythematosus (SLE). RS ini juga akan terus melakukan edukasi, tentang satu bentuk kelainan sistem imun pada manusia ini.

”Selain memiliki dokter-dokter yang berkompeten, sarana yang lengkap, penanganan penyakit lupus di tempat kami tidak hanya komprehensif dengan obat, tapi psikoedukasi pada pasien,’’ imbuhnya.

BACA JUGA: Promosikan Potensi Wisata di Desa dengan Teknologi Informasi

Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Jateng, Yunita Dyah Suminar SKM MSc MSi menandaskan, inovasi yang dilakukan RS milik pemprov ini membuktikan, Jateng ingin membuka akses layanan seluas-luasnya kepada masyarakat, dan berinisiatif melakukan inovasi ketika ada persoalan-persoalan kesehatan, agar masyarakat mendapatkan pelayanan kesehatan secara optimal.

Menurut dia, inovasi ini selaras dengan program Pemprov Jateng, yang menggencarkan program rumah sakit tanpa dinding. Yakni tidak ada sekat-sekat, dan melakukan upaya kesehatan yang bersifat kuratif, preventif, promotif dan rehabilitatif.

Tim SB