blank
Warga binaan Lapas Kelas IIB Klaten tengah memilah sampah organik untuk dijadikan salah satu bahan pakan ulat magot. Foto: Dok/Kumham

KLATEN (SUARABARU.ID) – Banyaknya sampah organik di dalam Lapas menjadi perhatian khusus. Kanwil Kemenkumham Jateng melalui Lapas Kelas IIB Klaten memanfaatkan limbah sampah organik tersebut.

Diketahui, limbah sampah tersebut dimanfaatkan menjadi salah satu bahan untuk membuat pakan ulat magot yang kini sedang dikembangkan oleh warga binaan Lapas Klaten sebagai bentuk sarana pelatihan edukasi.

Bahkan karena kurangnya bahan pembuatan makanan untuk ulat magot dari limbah sampah organik, Lapas Klaten mendatangkan sampah organik yang dihasilkan dari luar, yaitu diambil dari sampah yang dihasilkan oleh Pasar Tradisional di sekitar Lapas, diantaranya Pasar Srago, Pasar Gede dan Pasar Ngepos.

Kalapas Klaten, Ahmad Fauzi mengungkapkan, sampah yang diambil dan dimanfaatkan diantaranya adalah sampah dari buah buahan dan sayur sayuran. “Sampah yang sudah dipilah nantinya akan digiling menjadi bahan makanan ulat magot,” kata Fauzi, Senin (5/9/2022).

Menurutnya, ilmu pembuatan makanan ulat magot ini didapatkan dari hasil pelaksanaan pelatihan kemandirian bekerja sama dengan pihak ketiga sebagai pelatihan lanjutan dari budidaya ulat magot.

“Budidaya ulat magot sendiri diperuntukkan sebagai makanan ternak yang kini sedang dikembangkan oleh Lapas Klaten sebagai bentuk pelatihan kemandirian, diantaranya ternak ikan lele, ternak bebek, ternak kalkun, dan ternak ayam,” ujarnya.

Fauzi menyampaikan bahwa Lapas Klaten membutuhkan banyak bahan sampah organik untuk pembuatan pakan ulat magot. “Kita mengelola sampah yang dihasilkan di Lapas tidak cukup, makanya kita datangkan dari luar yaitu dari pasar- pasar,” tuturnya.

“Kita juga berusaha memberikan pelatihan yang berkesinambungan kepada warga binaan, yaitu dari penyiapan bahan makanan sampai dengan pemanfaatan bahan yang sudah jadi. Di sisi lain kita juga memanfaatkan sampah yang ada sekaligus menciptakan kebersihan, khususnya di Lapas,” imbuhnya.

Ning Suparningsih