SAYA pernah kedatangan tamu yang mengatakan tidak percaya pada ilmu-ilmu metafisik, dan dia ingin saya memberikan argumentasi yang dapat mematahkan keyakinannya.
Saya lalu berkisah tentang sahabat saya di tetangga desa yang suka usil. Dia pernah pura-pura sakit lalu minta dipanggilkan dukun kampung untuk mengobatinya, dan setelah dukunnya pulang lalu ditertawai.
Apalagi jika dukunnya saat mengobati itu mengaku sakitnya karena diganggu jin, setan, santet, dsb, itu bisa menjadi bahan bercanda berseri di warung kopi.
Suatu hari sahabat itu sakit sungguhan. Perutnya melilit hingga dia berteriak-teriak. Kebetulan saat itu saya diberi tahu ada orang yang biasa mengobati orang sakit. Saya dan kawan-kawan lalu mengundang untuk mengobatinya.
Sayangnya, setelah diobati dan sembuh, kebiasaan bercandanya datang lagi. Sudah tidak berterima kasih, malah yang mengobati itu diejek. Dia bilang sembuhnya itu karena kebetulan, karena sudah waktunya sembuh.
Baca juga Metafisika, Riil atau Hoaks? Tulisan Pertama dari Dua Seri
Mendengar itu, yang mengobati tersinggung. Dia lalu mengambil sisa air dalam gelas–sisa yang diminum yang diobati-lalu bergegas ke halaman rumah. Saya dan beberapa teman mengikutinya.
Dia menghadap kiblat. Sesaat dia tampak membaca mantra, setelah itu dia berkata: “Kembalilah kau wahai penyakit”. Air itu dibuat berkumur lalu disemburkan ke atas sambil meloncat.