blank
PAPARAN - Wakil Bupati Tegal Sabilillah Ardi saat menyampaikan paparan pada Temu Bisnis dan Expo sekaligus Silaturahmi Nasional Himpunan Pengusaha Nahdhiyin. (foto: diskominfo)

TEGAL (SUARABARU.ID)– Bendahara Umum Dewan Pimpinan Pusat Himpunan Pengusaha Nahdliyin (HPN) Sabilillah Ardi mengharapkan, pelaku usaha menengah kecil dan mikro (UMKM) harus mampu bersaing dan menangkap peluang di era indutrialisasi digital saat ini.

Hal tersebut dikemukakan Sabilillah Ardi yang juga Wakil Bupati Tegal pada acara Temu Bisnis dan Expo sekaligus Silaturahmi Nasional Himpunan Pengusaha Nahdhiyin di El Royale Hotel Banyuwangi Jawa Timur Kamis (1/9/2022).

Temu Bisnis dan Expo berlangsung 2 hari tanggal 1 dan 2 September yang diikuti DPW HPN se- Indonesia serta dihadiri para Kyai dan Alim Ulama Nahdhiyin dari Jawa Timur itu dibuka dan dihadiri langsung oleh Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Republik Indonesia Luhut Binsar Panjaitan dan Dirut PLN Persero Dharmawan Prasojo.

Menurut Sabilillah Ardi, ada beberapa upaya yg harus dilakukan para pelaku UMKM agar dapat eksis dan memenangkan usahanya. Yaitu dengan melakukan upgrade usaha dan produk.

Di antaranya, melalui penetapan standar bahan, standar pelayanan, dan standar produk. Kemudian kualitas produk juga harus bersertifikat baik itu sertifikat BPOM, sertifikat halal dari MUI serta sertifikat SNI atau Standar Nasional Indonesia. Tidak kalah pentingnya, produk dan kemasan UMKM juga harus memiliki ke-khas-an tersendiri, unik dan menarik.

Dengan upaya upaya itu maka pelaku UMKM dapat memenangkan persaingan usaha di era digital saat ini. Sebab persaingan industri digital tidak hanya dari pengusaha dan produk lokal, regional dan nasional tetapi juga dari produk global dari negara negara lain.

Ardi mencontohkan, untuk membuat souvenir gantungan kunci di obyek wisata Guci, UMKM lokal Kabupaten Tegal menawarkan harga lebih kurang Rp 2.500 per unit , sementara dari luar negeri bisa dengan harga Rp 1.000 per unit dan siap dengan stok ribuan unit.

Dalam paparan yang bertemakan “Industri Digital Peluang dan Tantangan bagi Pengusaha Nahdhiyin” itu, Sabilillah Ardi menambahkan para pengusaha Nahdhiyin juga harus, mengantisipasi dan memanfaatkan analisa SWOT .

Strength atau kekuatan yaitu dukungan, jaringan dan anggota Nahdhiyin se Indonesia yg mencapai puluhan juta orang. Weakness atau kelemahan yaitu literasi digital yang belum merata. Oportunity atau Peluang yaitu pasar/ pelanggan yg sangat luas dan digital yg terus meningkat. Threats atau tantangan yaitu kurangnya kolaborasi dan inkubasi bisnis digital dikalangan Nahdhiyin.

Ardi juga menambahkan, untuk mencapai sukses juga harus diikuti / dibarengi dengan 5 US dalam berusaha atau bekerja yaitu: hati yg tulus, ibadah yg bagus, hidup yg lurus, ikhtiar yg serius dan tobat yang menerus.

Sutrisno