blank
Lestari Moerdijat. Foto: lmc

SEMARANG (SUARABARU.ID)– Generasi muda harus mampu mengedepankan kearifan lokal untuk menjawab ancaman krisis yang dipicu perubahan iklim global. Berbagai upaya untuk menekan dampak krisis akibat perubahan iklim global, harus didukung dan segera direalisasikan.

”Upaya untuk terus menggali kearifan lokal dalam menjawab tantangan krisis yang dipicu perubahan iklim global, harus konsisten dilakukan untuk menekan potensi krisis yang lebih besar usai pandemi,” kata Wakil Ketua MPR RI, Lestari Moerdijat, dalam keterangan tertulisnya, Jumat (12/8/2022).

Pada Rakornas BMKG secara virtual, yang digelar Senin (8/8/2022) lalu, Presiden RI Joko Widodo mengingatkan, perubahan iklim yang berada dalam kondisi kritis saat ini, merupakan tantangan nyata bagi semua pihak, setelah meredanya pandemi covid-19.

BACA JUGA: Peringati Hari Pramuka Ke-61, Rektor USM Dorong Mahasiswa Kembangkan Potensi Diri

World Meteorological Organization mencatat, perubahan iklim dan dampaknya pada 2021 semakin memburuk. Bahkan pada 2021 mencatatkan suhu terpanas selama tujuh tahun terakhir.

Badan Pangan Dunia bahkan memperkirakan, lebih dari 500 juta petani usaha kecil yang memproduksi lebih dari 80 persen sumber pangan dunia, adalah kelompok paling rentan terhadap perubahan iklim.

Menurut Lestari, kearifan lokal yang dimiliki bangsa Indonesia sejak masa lalu dalam menjaga kelestarian lingkungan Nusantara, harus terus diterapkan dalam upaya mencegah pengrusakan lingkungan yang dapat memperparah dampak perubahan iklim global.

BACA JUGA: Pengakuan Wakil Bupati Pemalang di Depan OPD

”Sejumlah kearifan lokal sebenarnya bisa diadopsi dan diandalkan, untuk mencegah kerusakan lingkungan,” ujar Rerie, sapaan akrab Lestari.

Ditambahkan dia, berbagai upaya antara lain seperti gotong-royong, tidak membuang sampah sembarangan, upaya mendaur ulang sampah, pemanfaatan alam sesuai kebutuhan, dan penghijauan, harus menjadi perhatian kita bersama untuk ditingkatkan realisasinya.

Berbagai upaya yang mengarah pada kepentingan rakyat banyak, juga wajib dibantu sebagai bentuk nyata solidaritas sosial dalam kehidupan masyarakat.

BACA JUGA: Bendungan Urban Dawnhill Event Nasional Satu-satunya di Indonesia

Pengetahuan dan praktik tradisional yang diterapkan komunitas lokal, ujar Rerie, yang juga anggota Komisi X DPR RI dari Dapil II Jawa Tengah itu, menjadi kunci mencegah kerusakan keanekaragaman hayati, dan mewujudkan pembangunan berkelanjutan.

Kalangan generasi muda, menurut Anggota Majelis Tinggi Partai Nasdem itu, merupakan kelompok masyarakat yang tepat untuk menghidupkan kembali kearifan lokal yang kita miliki, untuk mencegah ancaman lingkungan akibat perubahan iklim global.

”Meski begitu, para pemangku kepentingan juga harus mampu mengarahkan lewat sejumlah kebijakan, agar kearifan lokal yang dimiliki bangsa ini dapat dimanfaatkan secara aktif, dalam mencegah kerusakan lingkungan,” tegas dia.

Apalagi ancaman kerusakan lingkungan bisa meningkat, lewat aktivitas manusia sendiri. Seperti polusi udara, yang 70 persen penyebabnya adalah penggunaan kendaraan bermotor. Demikian pula sampah, yang menurut perkiraan Bank Dunia dibuang manusia di dunia lebih dari dua milliar ton sampah per tahun.

Riyan