JEPARA (SUARABARU.ID) – Ketua K3S Kecamatan Keling, Hadi Prawito mengajak kepala sekolah yang tergabung dalam K3S untuk memanfaatkan Platform Merdeka Mengajar(PMM) dalam menerapkan Kurikulum Merdeka.
Hali ini disampaikan Hadi Prawito saat mengawali pertemuan K3S, Kamis (21/7/2022) di SDN 2 Keling. Acara diikuti 29 orang kepala sekolah, termasuk koordinator dan pengawas SD Satkordikcam Keling. Kegiatan K3S diawali dengan senam PGRI yang dipimpin oleh Agung guru Penjas SDN 2 Keling.
Dalam sambutannya koordinator Satkordikcam Keling Hery Prasetyo mengucapkan terima kasih atas kesediaan dan kesiapan semua kepala SD dalam melaksanakan Implementasi Kurikulum Merdeka(IKM). Hery Prasetyo berharap pelaksanaan kurikulum Merdeka benar-benar dilaksanakan sesuai dengan juknis dari Kemendikbud.
Program Kepala Sekolah sebagai awal kegiatan disampaikan oleh Sarwijiyanti, M.Pd dimana program itu sebagai pedoman kinerja kepala sekolah selama satu tahun berjalan. Diantaranya adalah tugas harian, mingguan, bulanan, dan semesteran.
Sosialisasi IKM disampaikan oleh Melania Sumpeni tentang Kurikulum Merdeka yang terdiri dari Prota, Prosem, TP, ATP, dan Modul Ajar, juga ditambahkan materi tentang Profil Pelajar Pancasila yang mencakup 6 komponen karakter: Beriman, Bertaqwa kepada Tuhan YME dan Berakhlak Mulia, Berkebinekaan Global, Bergotong Royong, Kreatif, Bernalar Kritis, dan Mandiri. Dalam bentuk pembelajaran berbasis projek dengan sebutan P5 (Proyek Penguatan Profil Pelajar Pncasila).
Materi PMM disampaikan oleh Sigap Yogo P. dalam bentuk praktik langsung bagaimana mengoperasikan aplikasi PMM untuk guru dan murid. Dalam PMM guru dapat mengakses informasi tentang kurikulum merdeka, modul ajar, pelatihan mandiri, aksi nyata, dan juga assesmen. Persyaratan mutlak semua tenaga pendidik harus masuk dalam aplikasi PMM yang disediakan oleh Kemendikbud dengan akses belajar.id masing-masing tendik.
Kegiatan diakhiri dengan tanya jawab tentang materi yang disampaikan pemateri. Diantaranya kepala sekolah menyampaikan kendala dan tantangan dalam IKM, seperti ketersediaan jaringan internet yang labil, perangkat komputer yang belum memadai, dan kemampuan tenaga pendidik dalam mengolah aplikasi, dan ketersediaan sarpras lainya yang belum memadai untuk pelaksanaan PMM. Solusi terbaik dengan memperbanyak pelatihan mandiri di sekolah masing-masing dan di komunitas KKG dan K3S. Untuk kelengkapan sarpras perlu dianggarkan dalam Rencana Anggaran Sekolah.
Hadepe – Sawijiyanti