BPIP sudah membuat animasi untuk pembelajaran bagi anak-anak PAUD dan SD. Kemudian melaklukan sosialisasi dengan sentuhan anak-anak kreatif inovatif para penggerak sosial media.

“Juga menggandeng kampus atau perguruan tinggi untuk penguatan Pancasila  dalam konteks geopolitik global. Pancasila harus menjadi acuan dalam pengambilan keputusan,” tandas Benny Susetyo.

Kemudian hal lain yang dilakukan adalah pembuatan film pendek, di antaranya tentang batik. Benny mencontohkan video yang diunggah di Youtube berjudul “Batik, Wastra dengan Sejuta Cerita dan Makna”.

Bung Karno pada tahun 1955 memberikan gagasan kepada pengusaha batik Go Tik Swan di Solo, keturunan Tionghoa yang mencintai budaya Jawa. Go Tik Swan pun kemudian menggali pola-pola batik di beberapa pengrajin daerah yang ditemui.

Dalam penuturan pecinta batik Neneng Iskandar, dalam video itu, batik Indonesia itu harus ada peratuan, rasa nasionalisme, dan romantisme. “Misalnya Batik Indonesia Sawunggaling, ragam hias ayam. Sosok yang selalu membela rakyat kecil yang ditindas,” tutur Neneng.

Hal lain yang dilakukan BPIP misalnya, menggerakkan ekonomi Pancasila, sebagai soko guru ekonomi seperti yang digagas Bung Hatta lewat koperasi. “Film pendek tentang ekonomi Pancasila juga kami buat,” tambah dia.

Tonton video ini 

https://www.youtube.com/watch?v=9NqMLyXw8d4

Kemudian bekerja sama dengan Kasad Jenderal Dudung Abdurachman, menggerakkan Kampung Pancasila. Jenderal Dudung mengamalkan Pancasila dengan Tindakan. Kampung Pancasila merefleksikan sila-sila dalam Pancasila.

“Yang mencintai Tuhan akan mencintai sesama, lalu bersedia bekerja sama, mau mengakui kekalahan dan merasa sama-sama menang, untuk bersama-sama mencapai kesejahteraan yang berkeadilan sosial,” tambah Romo Benny.

Widiyartono R.